Gerakan Memanusiakan Manusia

IMG_4756
Foto kegiatan konsultasi kesehatan dan USG gratis untuk penduduk sekitar
 
Kota Bogor sangat kaya akan keberagaman komunitas. Dengan menuliskan hashtag #KomunitasBogor di kolom pencarian twitter, kita dapat menemukan betapa ramainya komunitas Bogor yang sedang mempromosikan berbagai kegiatan yang masing-masing sedang dilakukan. Komunitas pecinta sulap, dongeng, fotografi, bahasa, musik, kesehatan, backpacker, puisi, pendidikan, dan masih banyak komunitas lainnya dapat kita ikuti dengan gratis sesuai dengan pilihan dan minat kita masing-masing. Tentunya semua komunitas ini berfungsi sebagai ajang menyalurkan minat dan bakat sekaligus berkontribusi langsung dengan terjun ke dalam dunia masyarakat dengan membawa perubahan ke arah positif. Aamiin.

Sayangnya, walaupun Kota Bogor sudah memiliki beragam komunitas yang membawa Bogor ke arah yang lebih baik, tentu permasalahan sosial masih tetap ada, contohnya seperti pengamen, sampah, dan kemacetan. Saya memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan mengenai permasalahan sosial tersebut, khususnya dengan pengamen atau anak di Kota Bogor. Ketika saya masih menduduki bangku SMA tujuh tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2008, saya didatangi oleh dua anak kecil yang mungkin perkiraan usianya masih 5 tahun, mereka datang dan langsung mencubit, memukul, menarik-narik seragam saya sambil meminta sejumlah uang. Hhhhhh….. Entahlah siapa yang mengajarkan mereka sampai bisa berbuat seperti itu. Lebih mengerikan lagi ketika saya melewati jalan yang sama di tahun 2014, tepatnya enam tahun setelah kejadian berlangsung, saya mendapati anak itu sudah besar dan masih meminta-minta sambil membawa rekannya yang lebih kecil, seolah ia sedang menularkan ilmu yang ia miliki kepada generasi penerusnya.

Ada yang lain?

Walaupun kali ini tidak menulis full 30hari, tapi rasanya cepat sekali waktu berlalu. Rasa-rasanya baru kemarin menulis tema pertama mengenai ikon kota, eh sekarang udah tema terakhir aja. Waktu ~

Berbicara mengenai “ada yang lain dikotamu” boleh saya menulis lebih dari satu ? Saya berharap boleh 🙏🏽

1. Pasar burung di belakang masjid Raya. Saya rasa hanya di jambi yang ada pasar burung tepat sekali di belakang masjid, memang tidak terlihat dari jalan, karena letak nya tepat sekali di belakang masjid. Sesekali coba deh main kesana sambil berjalan kaki 👍

2. Warung sarapan pagi “gang siku” mengapa disebut gang siku? Karena letaknya tepat sekali di gang-gang. Tempat ini bercampur dengan jualan ikan teri dan ikan asin. Letaknya juga tak jauh dari pasar burung. Sepengetahuan saya, warung sarapan ini sudah ada sebelum tahun 70an. Sesekali kalau mampir ke Jambi coba sarapan disini atau sekedar minum kopi👍

Penggalan Cerita

Kita sedang terlarut dalam sentimentil hari ini. Perjalanan semalam dalam iringan deru roda besi dari Busan menuju Seoul membuat pelipis tak ingin jauh-jauh dari pundak tak jauh di sebelah. Terkadang kening ini dikecupnya seolah selalu berkata “Selamat malam, malam. Pagi sebentar lagi ada untuk tak ada lagi muram.”
Sengaja kita memilih Mugunghwa, kereta api kelas dua. Bukan KTX yang tersohor dengan kecepatannya. Alih-alih demi menghemat biaya, demi menikmati duduk dan berbicara lebih lama saja, menikmati kelambatannya. Seoul sedang mendekat, untuk kemudian hati merapat dalam suasana musim dingin yang begitu hangat. Aku bersamanya akan menulis cerita tentang sebuah kota. Kota yang senantiasa akan selalu mengikat erat memori di kepala. Tanpa kutahu bahwa Seoul pun sedang menulis cerita untuk kita, tentang kita.

Bandar Lampung dan Kerinduan


Sore yang hibuk--ramai lalu lalang kendaraan dengan suara klakson yang tak ragu menyalak di jalan raya, sementara saya duduk dalam bus trans yang membawa saya berpindah ke tempat mengajar berikutnya. Saya tengah memikirkan apa yang lain dari kota tempat saya tinggal, dari saya belum tahu apa-apa sampai kini dewasa.

Aku Cinta Bahasaku

Ada yang beda nih??? Hehehehe…….*openingnya gitu amat yakkk*

Sebenarnya, Medan dan Kisaran itu memiliki persamaan yang kental. Hal yang unik adalah dapat teman rasakan jika bertemu dengan orang sumatera dalam tatanan bahasa serta logatnya. Selain volume suara yang terkadang tak terkendali, ada juga logat “aku” “kau” yang terdengar kasar jika di dengar oleh anak yang bukan berasal dari sumatera. Malahan karena sering mengucapkan kata “kau” lama kelamaan anda akan mendengan bukan “kau” lagi katanya yang terucap, tapi “ko”. 


Kota Masa Depan

Kawan, kusampaikan kepadamu sedikit lagi tentang Kotaku. Tebing Tinggi memang bukan kota besar, Kita sudah sama-sama sepakat soal ini. Dan tentunya dengan itu semua, dapat Kita pahami bersama bahwa Kota ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah berhasil hadir dan mengisi sebuah ruang di hati masing-masing warga kotanya.

Seperti juga sebuah kota punya cerita sendiri, setiap warga kota yang mendiaminya pun juga masing-masing punya cerita tentang kotanya. Terkadang tak hanya cerita, tapi bisa lebih dari itu. Mereka yang telah menyaksikan kotanya tumbuh dan berkembang dari kecil hingga dewasa tentunya punya lebih dari sekedar cerita. Mereka punya harapan tentang kotanya. Harapan ke arah yang lebih baik. 

Dan hari ini, harapanku tentang Tebing Tinggi sederhana saja, siapapun yang hidup di Kota ini hari ini, besok ataupun nanti, mari bersama-sama menjadikan Kota ini tempat yang lebih baik. Tempat yang lebih baik untuk bersama-sama kita tinggali. Tempat yang lebih baik untuk bersama-sama generasi Kita tumbuh dan berkembang. Tempat yang lebih baik untuk bersama-sama Kita menghabiskan sisa hari tua kelak. Tempat yang selalu bersama-sama Kita rindukan, tempat Kita selalu pulang dan tempat Kita merajut kenangan. Mari menjadikan Kota ini bagian dari Kita. Mari bersama-sama untuk itu semua. 






Terima kasih telah mendengar cerita Kotaku. 



Foto : Tugu Beo Tebing Tinggi

Ditulis oleh: @superarmz
Diambil dari: http://goo.gl/477Fa8

Kotak Hadiah Pertemanan di Sudut Kota Bandung

Saya tidak mendapatkan ide untuk tulisan ini hingga saya keluar dari rumah dan bepergian dengan kereta api. Ide ini, saya tidak pernah bosan menuliskannya. Saya menyukainya, dan ingin menuliskannya kembali untuk tema terakhir #30HariKotakuBercerita.

-- 

Saya senang menganalogikan sebuah perjalanan hidup yang telah, tengah, dan akan dilewati seperti sebuah perjalanan kereta api. Iya, jalan hidup itu kadang ibarat rel kereta api. Kereta itu sendiri ibarat alat yang kita gunakan, yang akan membawa kita menuju kepada cita-cita, impian, dan tujuan kita masing-masing.

Ada kalanya kita harus berhenti di sebuah stasiun pemberhentian. Beberapa orang yang telah bersama kita dalam kereta, akan turun meninggalkan kita demi tujuannya sendiri. Dan beberapa orang baru akan naik, menggunakan kereta yang sama dengan kita, untuk mengejar tujuannya yang lain, yang kini sama dengan kita.

Stasiun pemberhentian itu ibarat sekolah, kampus, kantor, panggung pertunjukan, studio musik, acara televisi, halaman-halaman buku, track-track dalam CD album, kedai kopi, angkutan umum atau tempat dan media lain yang kita lalui dan alami. Di situlah kita akan bertemu dan berpisah dengan orang-orang dalam perjalanan mencapai tujuan kita masing-masing.

Sebagian pertemuan itu tentu saja saya alami di Kota Bandung, kota kelahiran saya.

Saya adalah orang yang percaya dengan teori kausalitas. Saya percaya, tidak ada yang terjadi dengan kebetulan. Dikelilingi dengan orang-orang atau teman-teman yang kini berada di dekat saya, yang suatu saat nanti mungkin juga akan berjauhan. Itu semua biasa saja. Bahwa kita awalnya berada dalam rel yang tak sama dengan tujuan berbeda pula. Lalu pada satu titik, pada sebuah stasiun pemberhentian yang saya sebutkan tadi, kita bertemu dan mengenal satu sama lain. Maka akan ada juga stasiun pemberhentian lain di mana kita dengan beberapa orang atau teman akan berpisah.

--

Kereta api akan terus berjalan, dan kita terus mengejar apa yang kita mau. Ada saatnya kita berpisah di sebuah persimpangan rel, atau di sebuah stasiun pemberhentian lain, kemudian bukan tidak mungkin kita kembali bertemu dan berjalan beriringan. Akan ada juga pertemuan-pertemuan baru dalam perjalanan nanti. Saat kita beriringan, berjalan dalam rel yang sejajar, bahkan berada dalam rel dan kereta yang sama, mari kita rayakan dengan membuka hati dan sapa.

Entah dengan cara apa dan di stasiun mana nanti kita akan bertemu, yang saya percaya, Bandung ibarat sebuah tangan terbuka yang selalu menunggu persahabatan.

Begitulah Bandung bagi saya. Setiap sudut kotanya seolah menyimpan kotak-kotak hadiah berisi pertemanan yang siap untuk dibuka jika kau mau membukanya.

----

Every person we meet has the potential to become very important in our lives. We just have to remain open to the possibilities and blessing each encounter might bring. - Anonim


Ditulis oleh: @syahwisyahwi

Yogyakarta: Cerita, Keindahan, dan Cinta

Yogyakarta adalah salah satu bagian dari semesta yang damai. Kalian pasti tahu, suasana Jogja yang tenang membuat seolah-olah semua berjalan lebih lambat. Ketenangan yang tercipta mampu menjadikan setiap waktu yang kita rasakan di sana adalah hangat. Orang-orang yang terkesan santai menikmati setiap bagian hidupnya.

Ada yang lain di Yogyakarta. Kamu percaya?
Yogyakarta seperti memiliki banyak hal magis yang kadang tak dapat dicerna begitu saja di kepala.
Mungkin sudah ada beberapa hal yang aku ceritakan di #30HariKotakuBercerita dan masih ada banyak lagi cerita menarik yang tersimpan di kota yang berhati nyaman ini.
Tentang keramah-tamahan penduduk aslinya,
Tentang tempat-tempat indah yang ada di Yogyakarta,
Tentang segala mitos yang tersimpan di sana,
Tentang lezatnya makanan Yogyakarta,
Tentang hangat, tenang, dan kenyaman Yogyakarta,
Tentang manisnya segala cerita di kota gudeg ini.

Yogyakarta itu kotanya romantis, begitu kata beberapa orang. Entah apa yang membuat romantisme lebih terkesan nyata di daerah istimewa ini. Banyak yang bilang Jogja itu tempatnya orang jatuh cinta. Aku jadi teringat saat berbincang bersama salah satu Abdi Dalem dari Keraton Yogyakarta dalam rangkaian acara #KumpulKotaJogja #30HariKotakuBercerita Bapak tersebut mengatakan jika “Jogja itu tempat orang menemukan jodohnya.” Hingga kemudian Bapak Abdi Dalem tersebut melanjutkannya dengan kalimat lelucon “Mahasiswa yang kuliah di Jogja itu niat utamanya kebanyakan bukan menuntut ilmu, tapi ingin bertemu jodohnya.” Kemudian semua tertawa, dan beberapa mengiyakannya.

Tak banyak yang mampu kuceritakan tentang Yogyakarta, berkunjung saja ke sini, buatlah cerita dan kenanganmu sendiri di Yogyakarta. Tapi jangan salahkan aku jika setelah kamu berkunjung ke Jogja kemudian ingin datang lagi dan lagi, karena Jogja itu ngangenin. Sekian sudah rangkaian kata ini sebagai penutup tulisan dalam projek milik Pos Cinta. Jatuh cintalah di Yogyakarta, mungkin pada tempatnya, suasananya, atau beruntung jika kamu jatuh cinta dengan orang Jogja.

Salam hangat dari Jogja untuk kalian semua,


Ditulis oleh: @rikaHNH

Klaten Bersinar

Klaten Bersinar Apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kota "Klaten"? Kota kecil? Dekat Jogja atau dekat Solo? Pernah lewat doang? Atau malah belum pernah dengar? Ini bukan kota kelahiranku, juga bukan dimana rumahku berada. Namun kota kecil ini adalah dimana tempat aku mendewasa. Aku belajar banyak hal saat disini. Aku melihat kehidupan lebih dekat di sini. Kota ini lebih rumah dari rumah. Klaten adalah sebuah kota kecil yang tentram dan damai. Tempat dimana kau takkan kekurangan udara segar meskipun di bawah terik matahari sekalipun. Tempat dimana kau bisa menikmati kesendirian dan kebersamaan di sepanjang jalan. Tempat dimana kau bisa menemukan hal-hal baru yang bisa kau pelajari setiap hari. Tempat dimana kau bisa menikmati segala kesederhanaan yang ada tanpa perlu mengeluh dan menggerutu. Tempat dimana kau bisa melihat kesederhanaan bukan berarti kekurangan, tapi rasa syukur yang membuat kata sederhana itu menjadi besar. Masih banyak yang belum kutuliskan di proyek menulis ini. Tentunya masih banyak lagi yang menarik dari kota ini. Seperti candi-candi indah yang tersebar di beberapa wilayah, museum gula satu-satunya di Asia Tenggara, atau indahnya kain-kain batik dan tenun yang di produksi tangan-tangan pengrajin di Bayat dan Wedi. Dan, inilah penutup cerita tentang Klaten. Semoga Klaten tetap menjadi kota yang nyaman dan tentram, terus maju perekonomian dan kesejahteraannya, selalu menyenangkan untuk ditinggali dan selalu bersinar. Aamiin.. Sampai jumpa! Klaten, 30 September 2015 #30HariKotakuBercerita #Klaten Cc: @kotakubercerita @gembrit
A photo posted by Ayu Sita Wahyuning Wulan (@princesshitta) on
Ditulis oleh: @princesshitta

Untold Story of Padang

Selamat sore penduduk #30HariKotakuBercerita dan bosse.

Sebelumnya, mau minta maaf dulu sama kangpos kece @gembrit karena dari 10 tema #30HariKotakuBercerita aing cuma ikutan di tiga tema. Really sorry and i’m regret :( Ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Btw karena ini hari terakhir #30HariKotakuBercerita, izinkan aing merangkum dulu tema tulisan yang terlewatkan (theme song: Sheila On 7-Yang Terlewatkan). Oiya, aing ini gadis minang, tapi kenapa pake panggilan “aing”, yaa itung-itung belajar gitu, mana tau jodohnya orang Sunda *eh. 

Kalau mau beli kebutuhan pokok kemana sih? Mall? Supermarket? Kalau di Padang, mayoritas masyarakat masih belanja kebutuhan pokoknya ke pasar, yap pasar tradisional tentunya. Mau sayuran, baju, bahan kue, buah, kain, buku dan lain sebagainya. Alasannya sebenarnya sama dengan kebanyakan orang, yaitu harga di pasar lebih murah (walaupun murah kualitas tetap terjamin). Nah, sekarang Pasar Raya Padang lagi dalam tahap renovasi. Semrawutan, karena beberapa penjual kudu buka lapak di pinggir jalan. Alhasil jalanan jadi macet. #fyi Pasar Raya Padang ini lokasinya di pusat kota lho. Nah, kalau semisal nih kita ketemu orang, trus mereka nanya

M: nio kama? (mau kemana?)
K: ka pasa (ke pasar)
M: pasa jauah? (pasar jauh?)

Entah darimana istilah “pasa jauah” itu. Jadi kalau mau ke Pasar Raya Padang dan ada yang nanyain bilang aja “Ka pasa jauah”. Hahahahaha. Ohya, pasar tradisional sebenernya nggak satu doang, ada lagi Pasar Alai (bukan yang jualan atau yang beli alay ya, bukan), Pasar Siteba, Pasar Pagi dan Pasar Bandar Buat. Semua pasar sama riuhnya. Cuma yang besar tetap Pasar Raya Padang.

Kalau ke Pasar Raya Padang, nah bakal deket banget sama tempat kuliner khas urang awak. Ada Soto Garuda, wiih ini ajib banget kalau abis dari Pasar Raya Padang capek-capek belanja, trus ditambah pesanan teh es atau es jeruk. Nggak kalah hebat ajib dan khasnya, ada sate Padang. Hampir setiap jalan pasti ada nih Sate Padang. Kalau mau gampang carinya, silakan ke jalan Patimura. Di sana ada jajanan kuliner khas Padang, mulai Soto Garuda, Sate Padang (ada kuah biasa dan ada kuah kacang tambah karupuak jangek), es tabu daaan ada es cendol patimura. Es cendol ini jajanan seger dan cocok banget kalo kantong lagi pas-pasan. Hahahahhaha you wont be regret to try them!

Kalau mau pergi keliling kota Padang naik angkot enak lho. Udah tau kan angkot Padang itu modis. Nggak percaya? Cekidot deh..

*pict from infosumbar.net

Nah, di angkot itu ada TV LCD, superbass speaker sama lampu ala dije. Musiknya? Wiiih kekinian banget. Ada berapa warna coba angkot di Padang? Buaanyak. Beda tujuan, beda juga warnanya. Ada pink, orange, kuning, putih, biru laut, biru pekat, merah dan ijo. Hahahaha. Jadi ya, nggak bakal puyeng milih angkotnya, karena tinggal tau warnanya, kita bakal tau tujuannya. Buahahahaha. Sekarang juga lagi ada pelebaran jalan sepanjang By Pass, ya mungkin karena kebanyakan masyarakat lewat sana sih ya. Padahal kurang lebar apa coba jalanannya? -___- Doakan aja bisa mengatasi kemacetan dan kesemrawutan kendaraan yak.

Kalau udah capek mah, kalian bisa santai-santai ke pantai. Menikmati angin sepoi-sepoi dan es kelapa muda. Biasanya sih tempat rekreasi yang dikunjungi emang Pantai Padang. Di Pantai Padang itu deket sama jajanan juga, trus ada rental sepeda (mulai dari yang pengemudinya sendiri, dua orang bahkan 3 orang), trus ada rental mobil odong-odong yang lajunya kudu dikayuh kaya sepeda dengan kapasitas bisa 4-5 orang. Kalau nggak mau yang ribet-ribet, ya tinggal duduk di pinggir pantai sambil dengar deru ombak trus liat kapal nelayan dan sunset. Wanna see them? Cekidot…

*pict from my document

Itu tema yang sempat terlewatkan, kali ini mari kita menuju tema utama “Untold Story of Padang”.

Tahu nggak? Di Padang itu ada komunitas orang China. Nah, nama tempat tinggal orang China itu dinamai Kampuang Chino. Letaknya di daerah jembatan Siti Nurbaya. Tapi walaupun begitu, urang awak dan China mampu selaras dalam kehidupan bermasayrakat. Kita sama-sama menghargai agama dan kepercayaan serta ibadah masing-masing. 

Masih bicara tentang China nih, di Padang ada Klenteng juga. Daaaan Klenteng itu juga jadi tempat kunjungan muda-mudi. Ada yang Cuma buat foto-foto karena arsitekturnya keren, ada juga yang memang pengen tahu Klenteng itu seperti apa. Nah, kalau haus, ada Kopmil Omping di depannya. Tahu kopmil? Itu lho minuman dingin kopi+milo, sebungkusnya sembilan ribu saja. Uniknya, Kopmil Omping ini punya khas bungkusannya. Kalau kita mau bawa pulang, kopmil bakal dibungkus dengan kantong plastik warna putih. Yap, setiap pembelian pasti pake kantong putih. Jadi kalau kamu jalan trus nenteng bungkusan minuman dengan kantong plastik putih (sudah termasuk sedotannya), orang bakal tahu kalo itu Kopmil Omping, atau bakal bilang “Kopmil Omping ya?”. 

The second untold story, di Padang itu lagi menjamurnya cafe. Seriously. Mau cafe biasa, coffeeshop, cafe ala Italian atau cafe buat have fun (dengan suasana game). Tapi yang paling aing suka itu Rimbun Cafe. Kenapa? Karena sewaktu kita baru aja buka pintunya aroma kopi udah kecium. Belum lagi alat sama konsep cafenya yang kece. Barista yang ramah. Serta varian rasa yang beragam. Walaupun tidak murah, aing rasa itu wajar dengan suguhan fasilitas dan kopi yang mereka tawarkan. 

The third untold story is about Bendi. Tau bendi nggak? Kalau bahasa Indonesianya sih delman, tapi kalau urang awak bilangnya bendi. Nah, bendi ini mahal lho ya. Bisa nyampe lima puluh ribu ongkosnya (tergantung jarak tempuh). Rasanya wajar sih, karena bendi udah langka di Padang (padahal itu jadi kebanggaan urang Padang lho dulunya), belum lagi tenaga kusir, tenaga kudanya serta makan kuda. 

The fourth untold story is about Baarak. Nah apalagi tuh? Baarak adalah tradisi nikahan yang ada di Sumatera Barat umumnya, Padang khususnya. Sesuai katanya “ba-arak” atau “ber-arak”. Jadi ya, pengantin baru itu di-arak (diiringi) bersama-sama dengan keluarga mereka dari rumah bako (saudara perempuan ayah) menuju rumah baralek (pesta) pengantin laki-laki. Mereka juga diiringi sama musik-musik tradisional dan anak daro kecil. Kalau lagi di dalam rumah nih, trus kedengeran musik/nyanyain minang gitu nah penduduk bakal keluar sambil bilang “oi, ado urang baarak”. Trus anak-anak kecil bakal antusias liatin, sampe pengantinnya hilang dari pandangan. Hahahaha 

The fifth untold and important story is… gadih minang itu cekatan dan tangguh. Mereka bisa bekerja layaknya laki-laki sambil menjalankan tanggung jawab sebagai perempuan. Makanya ada istilah Bundo Kanduang. Bundo Kanduang itu panggilan untuk penguasa perempuan tertinggi dalam rumah gadang. Gadih Minang is strong, yeah. Mereka bakal diajari masak dulu sama orangtua mereka sebelum menikah. Bagi orang Minang, “pantang anak gadih ndak bisa masak”. Gitu. Jadi jangan ragu sama gadih minang :p

Oiya, jangan sampe salah kaprah lho ya. Aing suka gemes sama orang-orang yang bilang Bukittinggi itu di Padang. Yang bener mah Bukittinggi itu di Sumatera Barat. Bukittinggi dan Padang itu sama-sama kota yang ada di Sumatera Barat. Jadi, jangan ada lagi yang mencampur adukkan antara kota sama provinsi ya guys. Hehehehe 

Bicara soal harapan, semoga kota Padang mampu menjadi kota modern yang madani. Nggak ada lagi macet dan pasar yang semrawut. Trus pendidikan juga lebih baik. Intinya membaik dari segala aspek. 

Istimewanya Padang adalah, mampu bikin aing jatuh cinta sama beberapa orang dan susah move-on (dulu sih sekarang mah kagak). Hahahaha. Padang, kota dimana aing dilahirkan, dibesarkan dan jatuh cinta (beberapa kali). Salam hangat penuh cinta dan keramahan kota dari Padang. Love.

Regards,
Puja.



Ditulis oleh: @pujatriandini

PosCinta. Powered by Blogger.