Pasar Tradisional Ujung Berung nan Lengkap
Sebagai perempuan, meski tak bisa memasak (halah, aib!), tapi aku suka banget ke pasar. Apalagi jika pasar tersebut masuk kategori basah atau tradisional, bukan yang modern dan mewah dengan troli di mal. Hihihi…
sumber: reztyaphoto.blogspot.com
Sedikit sejarah pasar yang berada di bagian timur kota Bandung ini:
Setelah tahu sejarah Ujung Berung dan asal mula penamaannya, kita akan berbicara tentang pusat perekonomian di distrik Ujung Berung. Sampai masa pendudukan Jepang, di wilayah distrik Ujung Berung terdapat 3 pasar yaitu pasar Cibiru, pasar Sindanglaya, dan pasar Ujung Berung. Pasar-pasar tersebut mempunyai hari yang berbeda-beda. Pasar Cibiru memiliki hari pasar Selasa, Pasar Sindanglaya pada hari Senin dan Kamis. Sedangkan Pasar Ujung Berung pada hari Rabu dan Minggu.
Pasar Cibiru merupakan yang paling istimewa. Bila jatuh hari pasar bertepatan dengan musim panen singkong, selain menyediakan kebutuhan sehari-hari, pasar tersebut menyeleggarakan berbagai macam permainan dan pagelaran kesenian.
Distrik Ujung Berung juga mempunyai pasar hewan yang dinamakan “Pasar Munding” khusus menjual hewan Lembu bertempat di lapangan rumput di Kampung Sukup.
Sumber : Ujung Berung Serambi Timur Bandung, Anto S. Widjaya (disalin dari blog Budi Haryana)
Aku yang tinggal di daerah Cibiru tentunya lebih mudah untuk membeli segala kebutuhan hidup ya di pasar Ujung Berung ini. Apa saja kebutuhanku, bisa didapatkan di sini. (oh, kecuali kebutuhan cinta #tsaaaahhh) Sayuran, daging, beras, buah, perkakas dapur, alat tulis sekolah dan kantor, baju, sepatu, hingga pelengkap rumah seperti kasur, lemari, dan karpet. Well, DVD bajakan juga melimpah ruah di sini. Hahaha, aib! Jalan sedikit (kalau kuat dan gak manja) bisa ke restoran cepat saji KFC atau ngemil di Dunkin Donuts. Mau beli obat pun, ada Apotek Kimia Farma tak jauh dari situ. Tapi lupakan, mending balik ke pasar!
Untuk urusan harga, jujur aja, aku gak pernah pakai jurus tawar menawar di sini. Selama harga yang disebutkan penjual masuk dalam akalku, tentunya kubeli. Jika kupikir pedagang di sebelahnya menawarkan harga sama tapi kondisi sayurnya lebih segar… Pasti kamu tahu aku akan memilih yang mana, kan?
Menyenangkannya adalah, mayoritas kondisi produk yang dijual adalah segar. Jadi adil untukku membeli dengan harga yang cukup. Aku biasa belanja di pagi hari sekitar pukul tujuh atau delapan. Membawa tas belanja sendiri agar tidak repot.
Jamaknya pasar tradisional, Ujung Berung ini juga tempatnya becek di luar. Di dalam, lumayan berantakan. Hampir tak tertata dengan baik, tapi semua tampak nyaman berbelanja. Selama ini aku berinteraksi dengan mereka, tak ada satu pun pedagang yang judes. Alhamdulillah banget! Semua menawarkan dagangannya dengan ramah (someah khas Bandung), memberikan alternatif dan solusi, juga membantuku yang kadang tak paham satu atau dua hal.
dari twitter kang Emil
Setelah dari pasar, merasa capek dan haus? Baiklah! Kita melipir ke alun-alun! Yay! Kamu tau gak kalau persis menempel di sebelahnya pasar ada sebuah alun-alun yang kini sudah cantik direnovasi. Hohohoho… Ada kolam ikannyaaaa… #makin norak :D Kalau ke sini, tempat minum kamu dibawa juga ya, untuk mengurangi sampah plastik. Jadi, kamu gak usah beli air minum dalam kemasan plastik. Pastinya tak akan ada sampah yang kamu buang plus terlihat keren toh? Ya, mari ikut serta dalam #Gerakan1000Tumbler dan #GerakanPungutSampah demi Bandung yang sehat, bersih, dan cantik! Satu lagi: Jangan lupakan ibadah wajib! Jika selesai berbelanja dan bermain, ayo lekas ke Masjid Besar Ujung Berung yang terletak di sebelah taman.
Jadi, ketika kamu berada di pusat Ujung Berung, kamu akan mendapatkan semua yang kamu mau kecuali Gedung Sate, Ancol, dan cinta. (oke, mulai garing).
Ditulis oleh @andiana
Diambil dari https://romansapena.wordpress.com/2015/09/07/pasar-tradisional-ujung-berung-nan-lengkap/