Jadi Turis di Kota Sendiri

10:07 0 Comments A+ a-

Alooo~~

Akhirnya tiba juga di tema terakhir di #30HariKotakuBercerita. Well, sebenarnya agak sedih juga karena gak bisa konsisten nulis. Sebulan cuma bisa nulis dua tulisan (termasuk tulisan ini), hiks. Maafkan saya duhai KangPos, @lionychan dan Bosse @PosCinta. Semoga kalian gak mengutuki saya karena tidak menulis. Amin.

Jadi, di tulisan terakhir ini, saya pengen ceritain gimana #KumpulKotaSamarinda yang berlangsung pada tanggal 20 September lalu. Diinisiasi oleh 4 blogger lain yang mengikuti program #30HariKotakuBercerita, KaFeb, KaUl, Bang Socku dan Macit (sayang banget Macit gak ikut Kumpul Kota). Yang ikutan Kumpul Kota ini bukan cuma kami berlima doang loh, tapi juga peserta yang sudah mendaftarkan diri buat ikutan Kumpul Kota Samarinda melalui Host di Samarinda (KaFeb).

Embedded image permalink

Sempat ngaret selama satu jam karena banyak peserta yang datang telat (termasuk saya, hiks), kita memulai perjalanan dari Islamic Center menuju Teluk Lerong Garden menggunakan Taksi. Jika kalian berpikir bahwa Taksi itu yang ada argonya, kalian salah. Karena, Taksi di Samarinda itu merupakan Angkutan Kota (Angkot). Gak tau juga deh kenapa disebut Taksi. Waktu itu, kami mesan 2 Taksi buat nganter kami, hasilnya, pada sesek-sesekan deh di dalam taksi hihi.

 Embedded image permalink
Sampa di sini, peserta Kumpul Kota dikasih waktu buat foto-foto ataupun berleha-leha sejenak sebelum jalan-jalan kembali. Habis itu, kami melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya dengan berjalan kaki menuju Monumen Pesut yang terletak di depan Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Timur. Sayangnya, di Monumen itu banyak banget sampah. Padahal, kalo dilihat-lihat ada cukup banyak tong sampah yang ada di sekitar situ. Habis dari situ, kami menuju Gereja Katedral Santa Maria yang berada di Jalan Jendral Sudirman. Lumayan lah bikin keringetan. By the waysepanjang kami berjalan, asap kabutnya lumayan tebal. Samarinda jadi kayak Silent Hill gitu, tapi versi gak ada zombie nya.

Embedded image permalink

Sampai di Gereja, kami menemui penjaga gereja yang kebetulan lagi ada di depan. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, kami diperbolehkan untuk masuk. Saya sempat masuk sebentar, karena waktu itu kebetulan sedang ada ibadah yang dilakukan. Gak enak. Makin gak enak lagi pas ada ngeliat salah satu peserta yang ber-selfie di dalam gereja. Bukannya gimana-gimana, ya kesannya kayak gak ngehargain tempat ibadah orang lain. Mau negur, tapi gak sempat karena kejadiannya cepet. Hvft.

Embedded image permalink

Next, kami menuju Samarinda Seberang! Tapi, kami gak menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke sana, tapi menggunakan Klotok! Jadi, Klotok adalah perahu kecil yang biasanya digunakan oleh orang-orang untuk menyebrang. Baik dari Samarinda Kota-Samarinda Seberang, maupun dari Samarinda Seberang-Samarinda Kota. Dengan ongkos lima ribu perak untuk sekali naik, kamu udah bisa naik klotok dan merasakan gimana rasanya membelah Sungai Mahakam. Sebelum mengikuti Kumpul Kota, saya sudah sering naik Klotok buat ngajak temen yang dari luar Samarinda buat nyobain hal baru yang gak pernah mereka coba di kota mereka.

Embedded image permalink

Dan, untuk sampai ke daratan Samarinda Seberang, kami gak melewati dermaga klotok, melainkan harus naik dan turun dari kapal besar yang ditambatkan di sisi tepian rumah warga yang ada di situ. Buat saya yang overweight begini, ini semacam ikutan Ninja Warrior, kudu manjat-manjat dan lompat-lompat. Untung aja selamat. Alhamdulillah.

Sampai di daratan, kami menuju Kampung Tenun. Dinamakan Kampung Tenun karena Ibu-Ibu yang bermukim di dalam Gang Pertenunan itu rata-rata bekerja sebagai penenun Sarung Samarinda. Untuk menenun, mereka menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang masih menggunakan alat-alat manual. Gak heran, harga Sarung Samarinda cukup mahal karena proses pembuatannya yang cukup lama. Harga pun bisa makin melambung tergantung dengan jenis benang dan motif yang ditenun.

Embedded image permalink

Selesai dari menjelajah Kampung Tenun, kami beristirahat selama kurang lebih satu jam. Hal ini digunakan untuk ibadah dan mengisi perut yang kelaparan. Karena saya gak begitu lapar, saya cuma minum esteh dan ngabisin air minum yang saya bawa di botol sendiri. Habis minum-minum, saya dan beberapa peserta lain cari tempat buat goler-goler, tepatnya di bawah Rumah Panggung yang berada di samping Gang Pertenunan. Mayan lah :3

Embedded image permalink

Setelah jam Ishoma habis, kami melanjutkan perjalanan ke Mesjid Shiratal Mustaqiem yang ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih lima menit. Mesjid ini merupakan salah satu Mesjid tertua yang ada di Samarinda dan bangunannya pun masih dipertahankan sampai sekarang, hanya mengalami sedikit renovasi dan perbaikan aja. Salah satu yang dipertahankan tersebut adalah beduk yang terletak di sisi kiri pintu utama mesjid ini. Coba tebak, usia beduk ini sudah berapa tahun?

Embedded image permalink
Embedded image permalink

Mesjid Sirathal Mustaqiem menjadi spot terakhir yang kami kunjungi pada Kumpul Kota kali ini. Harusnya, kami pergi ke Citra Niaga. Namun, karena sebagian dari kami sudah mulai kelelahan dan ada yang mempunyai agenda lain, kami memutuskan untuk kembali ke Islamic Center. Dan di Islamic Center, kami mengadakan sesi foto bersama sebagai penutup pertemuan.

Embedded image permalink

Di Kumpul Kota Samarinda, saya menemukan banyak hal-hal baru. Mulai dari ketemu teman-teman baru dan mengunjungi Gereja Katedral untuk kali pertama. Namun, yang saya sayangkan adalah ketika sedang berada di beberapa spot, kami tidak mendapatkan penjelasan secara terperinci mengenai tempat yang kami datangi. Saya memang sering pergi ke beberapa tempat tersebut dan mengetahui sedikit info mengenai sejarahnya. Namun, pada waktu itu saya minder, kesannya songong banget kalo saya yang cerita. Siapa tahu, ada yang lebih paham mengenai sejarah tempat-tempat ini. Semoga aja, di Kumpul Kota selanjutnya atau di acara apapun itu, banyak pengetahuan dan pemahaman yang bisa saya peroleh. Good Vibes, hopefully.


Oleh @annisamhrn
Diambil dari https://annisamhrn.wordpress.com/2015/09/28/jadi-turis-di-kota-sendiri/

PosCinta. Powered by Blogger.