Gerakan Memanusiakan Manusia
Foto kegiatan konsultasi kesehatan dan USG gratis untuk penduduk sekitar
Kota Bogor sangat kaya akan keberagaman komunitas. Dengan menuliskan hashtag #KomunitasBogor di kolom pencarian twitter, kita dapat menemukan betapa ramainya komunitas Bogor
yang sedang mempromosikan berbagai kegiatan yang masing-masing
sedang dilakukan. Komunitas pecinta sulap, dongeng, fotografi, bahasa,
musik, kesehatan, backpacker, puisi, pendidikan, dan
masih banyak komunitas lainnya dapat kita ikuti dengan gratis sesuai
dengan pilihan dan minat kita masing-masing. Tentunya semua komunitas
ini berfungsi sebagai ajang menyalurkan minat dan bakat sekaligus
berkontribusi langsung dengan terjun ke dalam dunia masyarakat dengan
membawa perubahan ke arah positif. Aamiin.
Sayangnya, walaupun Kota Bogor sudah
memiliki beragam komunitas yang membawa Bogor ke arah yang lebih baik,
tentu permasalahan sosial masih tetap ada, contohnya seperti pengamen,
sampah, dan kemacetan. Saya memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan
mengenai permasalahan sosial tersebut, khususnya dengan pengamen atau
anak di Kota Bogor. Ketika saya masih menduduki bangku SMA tujuh tahun
yang lalu, tepatnya di tahun 2008, saya didatangi oleh dua anak kecil
yang mungkin perkiraan usianya masih 5 tahun, mereka datang dan langsung
mencubit, memukul, menarik-narik seragam saya sambil meminta sejumlah
uang. Hhhhhh….. Entahlah siapa yang mengajarkan mereka sampai bisa
berbuat seperti itu. Lebih mengerikan lagi ketika saya melewati jalan
yang sama di tahun 2014, tepatnya enam tahun setelah kejadian
berlangsung, saya mendapati anak itu sudah besar dan masih meminta-minta
sambil membawa rekannya yang lebih kecil, seolah ia sedang menularkan
ilmu yang ia miliki kepada generasi penerusnya.
Keadaan yang sama mudah ditemui di
beberapa wilayah di Bogor, khususnya jika kita menggunakan transportasi
umum untuk berpergian. Jujur, saya sendiri pun takut jika angkutan yang
saya tumpangi dimasuki oleh pengamen. Berbeda cara dengan anak kecil
yang memukul dan mencubit, pengamen remaja atau dewasa memiliki trik
lain. Beberapa dari mereka terkadang memiliki tatoo di seluruh
tangan dan dari mulutnya yang sedang bernyanyi tercium aroma rokok
atau minuman keras. Mereka meminta dengan nada mengancam sambil menunjuk
penumpang, jika tidak berhasil mendapatkan uang, sumpah serapah akan
dilontarkan sambil memukul pintu angkutan umum dengan kesal. Karena
perasaan takut dan ingin pengamen segera pergi, beberapa penumpang pun
rela memberikan uangnya walaupun peraturan dilarang memberikan sejumlah
uang kepada pengamen dan peminta-minta sudah tertulis jelas di plang
peraturan Kota Bogor.
Pengamen biasanya berlalu lalang di jalan pajajaran dan tugu kujang
Pengadaan razia dan penambahkan fasilitas
ruang publik sudah kerap dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya
pelaksanaan program untuk meningkatkan kenyamanan di Kota Bogor, namun
permasalahan sosial kerap kali terjadi. Apa salahnya jika semua ikut
bergerak membantu pemerintah sebagai bentuk kepedulian dan kasih sayang
kepada kota ini? Mari kita membuat perubahan berhenti untuk tidak peduli.
“Hidup
adalah pilihan. Beberapa orang terjebak dalam kehidupan sehari-hari
mereka yang biasa; kaku, ketakutan dan sebagian tidak peduli? Untuk
mendapatkan hidup yang lebih baik kita harus memilih dimana seharusnya
kita berada.” – Albert Einstein
Alih-alih membuat perubahan dengan cara
mengumumkan peraturan tanpa dipedulikan, diskusi penuh penolakan yang
tiada berujung, sampai memaksakan kehendak tanpa mau mendengarkan, mari
kita melakukan perubahan secara humanisme. Pergunakan
pendengaran, penglihatan, hati, dan pemikiran kita sendiri, dengan baik
dan lebih peka. Bantulah apa yang kita rasakan memerlukan bantuan kita
dengan cara yang manusiawi, tidak seperti memperlakukan hewan
pengganggu, diberikan makan hari ini dengan cara yang tidak manusiawi
dan membiarkan mereka memintanya kembali dengan cara yang lebih buas
keesokan harinya.
Oleh @windamaki
Diambil dari https://windamaki.wordpress.com/2015/09/28/gerakan-memanusiakan-manusia/