Alasan untuk Pulang
Well this is my home
Won’t you come and stay here
Well this is my home
Won’t you stay and save me
“Kalian tahu, sebenarnya kita tinggal di sebuah mangkuk besar dari masa prasejarah.”
Ketika saya masih duduk di bangku kuliah, seorang dosen pernah menceritakan asal mula Kota Bandung. Beberapa legenda mengatakan kalau kota ini lahir dari letusan gunung berapi yang menciptakan kaldera besar. Dari sana, lahir sebuah danau, hingga satu dan dua peristiwa lain membuat airnya surut dan mengeringkan danau tersebut sampai dasar.
“Kalau kalian lihat, Bandung sebenarnya dikelilingi pegunungan tinggi dan kita tinggal di dasar danau besar tersebut.”
Saya menengok sekilas keluar jendela dan mengamati puncak Tangkuban Parahu yang menjulang tinggi. Membayangkan pegunungan-pegunungan lain mengelilingi kota ini—seolah melindunginya dari ancaman dan marabahaya.
*
Berbicara tentang harapan, saya tidak bisa mengatakan jika Bandung tempo kiwari telah memenuhi semua angan para penduduknya. Saya juga tidak menampik jika kontribusi walikota sekarang, Ridwan Kamil, telah mengubah Bandung dan menarik berbagai tanggapan dari masyarakat luas. Di sisi lain, saya juga khawatir. Kelak, saat masa jabatan Ridwan Kamil habis, apa euforia akan rasa bangga ini juga akan lenyap?
Apa harapan-harapan kami akan Bandung yang lebih baik akan memudar?
Saya pikir kerja sama antara masyarakat dan pemerintahnya sangat diperlukan dalam membangun kota agar terus berkembang ke arah positif. Pemerintah yang terbuka dan tahan banting serta warga yang dapat memberi dukungan dengan kritik membangun adalah kombinasi sempurna, bukan?
Maka, siapapun pemimpinnya nanti dan sebanyak apa masyarakat yang tinggal di Bandung, saya berharap kami bisa tumbuh dewasa untuk menghidupkan semua harapan itu menjadi nyata.
*
Kadang, saya ingin tahu alasan Tuhan menempatkan saya untuk lahir dan besar di Bandung. Bagaimana kalau saya lahir di Athena atau Mekah? Jika saya tidak ditakdirkan untuk tinggal di kota ini, apa saya akan bertemu mereka—orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup saya sampai sekarang? Apa kondisi finansial saya akan lebih baik atau buruk kalau saya bekerja di kota lain? Apakah kota-kota lain memiliki kadar kenyamanan seperti Bandung?
Pertanyaan-pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban, sampai saya mengamati bagaimana orang-orang begitu terkesan dengan Bandung. Kata kangen dan betah bertebaran dalam setiap ucapan. Aku pengin kerja di Bandung. Kapan aku bisa tinggal di sana? Saya bukan orang Bandung, tapi selalu suka lihat keadaan di sana.
Apakah Bandung memiliki semacam jampi-jampi dan menyisipkannya untuk mereka yang pernah menapaki kota ini, meski hanya sedetik?
Namun, kemudian, mereka secara tidak langsung telah menjawab semua pertanyaan saya tadi.
Karena saya pantas menerimanya.
*
Sepuluh hari dengan sepuluh tema berbeda tidak akan pernah sanggup mewakili bagaimana pikiran dan perasaan saya terhadap Bandung. Kota ini menjadi saksi dari tangis, tawa, kecewa, bangga, takut, berani yang pernah dan akan terus berada dalam diri saya.
Kota yang selalu menjadi tujuan utama saya untuk pulang.
*
Here in your home
Can you see me so close
Let away your fears go
Put you peace in my soul
Peace in my soul