Bandung yang Tercipta Saat Tuhan Tersenyum
Romantisnya kota Bandung, dari zaman pendudukan Belanda (ah,
sepertinya sejak tanah Parahyangan ini terbentuk) sudah dikenal luas.
Pamornya laksana gadis cantik yang dipingit.
Priangan, Parahyangan, Pasundan, Bandung… Entah apa lagi penamaannya.
Namun bagiku, semuanya terdengar seksi dan manis. Mungkin seperti
laiknya mojang kota kembang yang identik dengan kulit putih mulus dengan
senyum mekar bak bunga di taman. *ahay#
Sejenak teringat dengan tulisan yang ada di tembok jembatan dekat
alun-alun kesayangannya warga Bandung, di dekat Jalan Cikapundung Barat.
“Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum”
Seorang Pidi Baiq menambahkan:
Dan Bandung, bagiku bukan cuma urusan wilayah belaka. Lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.
Aku merasakan daya magis kota ini sejak kecil. Mungkin, karena
setengah diriku berakar dari sini. Mama lahir dan besar di Bandung.
Bibiku, bahkan hingga kini menetap dan tak berpindah ke kota lain.
Setiap datang ke kota ini, perasaan dan pikiranku selalu berbisik, suatu
saat… Ya, suatu saat nanti aku akan tinggal di sini. Jika Allah
mengizinkan, aku ingin menghabiskan sisa usia bersama orang-orang
terkasih, ketika yang terakhir kali kulihat adalah indahnya alam
Bandung…
Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa namaBandung diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandungyang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot. (Wikipedia)
Aku ada di sini sekarang. Tinggal di sini. Resmi jadi warga kotanya
Kang Emil (walikota saat aku menulis artikel ini). Pindah ke Bandung
setelah berdoa siang malam sejak usia sepuluh tahun. Demi… Demikian.
Apa sih yang membuat kamu kangen balik lagi ke Bandung? Jujur, aku
gak punya jawabannya. Tiap ditanya begitu, bingung. Apa? Ya, gak tau.
Hanya ada sesuatu yang menarikku ke sini. Menyuruhku pulang. Kembali.
Merindunya. Haish, kalah deh pasanganku kalo begini.
Etapi serius, di Bandung itu bagiku:
- Biru. Persib nu aing! :D
- Kalau sedang macet, tidur di angkot itu enak banget.
- Kalau terjebak macet, turun dari angkot juga gak rugi. Jalan kaki kan sehat.
- Belanja baju murah meriah cakep pilihannya cuman Bandung, gudangnya distro.
- Kalau lapar, jajanan atau camilan atau makan berat yang enak ada di sepanjang jalan. Tinggal pilih.
- Pakai tas ransel itu di punggung, sesuai dengan kodratnya. Bukan di dada seperti ketika jalan di Jakarta.
Lainnya adalah…
Aku jarang mendengar orang suku lain berbahasa daerah asalnya
(kecuali ketika bersama dengan komunitasnya). Mereka berbicara bahasa
Sunda lebih fasih daripada aku, meski logat daerahnya tak bisa hilang.
Apapun jenis gosip yang sedang bergulir, ujungnya tetap membahas
makanan. Mencoba tempat-tempat baru untuk mencicipi aneka menunya. Entah
ketika sedang ngariung (berkumpul) membahas agenda kerja, atau di media
daring seperti WA, selalu ada yang nyeletuk, “Eh, laper. Enaknya makan
apa ya?” Kira-kira demikian. Lantas ada yang menjawab, “Sudah coba makan
ini di situ?”
“Hanya ke Bandung lah aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya.”
Demikian kutipan surat cinta Soekarno untuk istrinya, Inggit
Ganarsih, bertahun silam. Romantisme yang dipamerkan sang presiden
bukanlah tanpa alasan.
Tak ada kata yang bisa kuungkapkan untuk menyatakan sudah purna rindu
ini saat duduk di kursi penumpang dalam bus atau mobil menuju Bandung.
Terngiang kembali perkataan seorang bapak petugas pemda di Depok tahun
2011 lalu, “Semoga di Bandung nanti, Neng ketemu jodoh yang baik dan
shalih ya?”
Ketika aku ditanya mau pindah ke mana dan aku menjawab :
Bandung.
Aku tersenyum.
Aku sudah pulang.
Oleh @andiana
Diambil dari https://romansapena.wordpress.com/2015/09/28/bandung-yang-tercipta-saat-tuhan-tersenyum/