Alun-Alun Kidul Jogjakarta
Beberapa tahun lalu sebelum pengumuman SNMPTN, saya melakukan travelling dua hari satu malam di Jogja. Kala itu tiket kereta api masih seharga Rp. 26.000. Waktu itu saya sedang sangat jatuh cinta pada Jogja. Cita-cita terbesar saya adalah bisa kuliah di Jogja, hingga dengan mantap beberapa minggu sebelum pengumuman SNMPTN saya dengan yakin ingin melihat-lihat kota Jogja karena yakin keinginan saya akan tercapai. Saya ke Jogja tanpa tahu arah, tanpa tahu akan menetap dimana.
Beruntung, Jogja memiliki ruang publik yang ramai karena menarik hati para wisatawan. Adalah alun-alun kidul, suatu tempat dimana orang berbondong-bondong datang kesana. Begitupun dengan saya. Siapa yang tidak tahu alun-alun kidul dan mitos dua pohon beringinnya. Menurut cerita pedagang yang mengoborol dengan saya, jika bisa berjalan lurus dengan menutup mata melewati dua pohon beringin tersebut, keinginan akan terkabul. Ada tiga kesempatan jika belum berhasil, dan jika sudah berhasil katanya tidak perlu diulang lagi. Seperti jika sudah diberi rezeki oleh Allah, kita selayaknya bersyukur dan justru tidak meminta lebih dan lebih. Tentu ini mitos belaka, tetapi tetap saja banyak orang yang melakukannya dan tidak sedikit yang memang menggantungkan harapan ketika berhasil melewati dua pohon beringin tersebut.
Tidak hanya perkara pohon beringin, alun-alun kidul memiliki berbagai permainan untuk dinikmati bersama teman-teman dan keluarga. Ada mobil hias dan sepeda hias yang berwarna-warni. Sekali putaran dikenakan tarif sekitar Rp. 30.000. Meski hanya satu putaran, dijamin puas jika sudah berkeliling alun-alun kidul dengan mobil hias ini karena dilengkapi dengan monitor dan speaker untuk memutar lagu pilihan.
Sepanjang jalan alun-alun kidul menjajakan makanan dan terdapat lesehan bagi yang memang datang untuk menikmati suasana Jogja sambil menyantap makanan khas alun-alun kidul. Favorit saya yang tak pernah terlewat di alun-alun kidul adalah tempura, bakso bakar dan wedang ronde. Yang menarik, banyak sekali pengamen yang silih berganti sembari kita menyantap makanan namun suara dari pengamen di alun-alun kidul ini enak didengarkan dan sama sekali tidak menganggu. Bahkan saya sempat bertemu beberapa pengamen yang justru anak kuliahan, suaranya bagus-bagus.
Sebelum menetap di Jogja, saya jatuh cinta dengan suasana khas alun-alun kidul dan menghabiskan waktu sampai pukul 00.00 disana kala itu. Sampai sekarang, hingga menjelang empat tahun berada di Jogja pun saya masih tetap jatuh cinta pada alun-alun kidul. Bersama teman-teman menaiki mobil hias dan berbagi tawa, bersama teman dekat sekadar bercerita sambil makan bakso tusuk, atau memang sedang ingin saja duduk di lesehan makan wedang ronde dan tempura, mencumbui aroma Kota Jogja.
Sebelum tinggal di Jogja saya jatuh cinta pada alun-alun kidul, dan sampai sekarang masih.
Oleh: @ellgaeul
Diambil dari: http://elgamaulina.blogspot.co.id/2015/09/alun-alun-kidul-yogyakarta.html