A PKOR Way Halim Story
“Lho, kok tempatnya jadi gini?”
“Iya. Sekarang begini.”
“Berantakan, ya?”
Dalam hati, aku menjawab: “Iya, seperti hatiku sejak ditinggal kamu.”
“Gitu deh, makin kacau suasananya. Pedagang di mana-mana.”, itu yang akhirnya keluar dari mulutku.
“Dulu, PKOR Way Halim tidak seramai ini.”, katanya sambil memandang sekeliling.
Aku ikut memandang ke sekelilingku. PKOR Way Halim, atau sering disebut PKOR saja oleh orang-orang. PKOR adalah singkatan dari Pusat Kegiatan Olahraga, dan berlokasi di daerah Way Halim, kecamatan di bagian timur laut kota. Di sini ada stadion terbesar di Bandar Lampung, Stadion Sumpah Pemuda. Stadion terbesar, tapi agak terbengkalai. Pusat kegiatan olahraga namanya, tapi jarang sekali diadakan kegiatan olahraga di sini. Sedemikian luasnya lokasi pusat olahraga ini, tapi sekarang hanya jadi tempat berkumpul para pedagang mulai dari makanan, pernak-pernik rumah tangga, hingga pakaian. Lokasi yang makin ramai pengunjung terutama menjelang malam hari. Di depan stadion, ada gedung pertemuan GOR Sumpah Pemuda, bangunan luas dan relatif mewah yang biasa disewa orang untuk konser musik, rapat partai politik, atau pesta pernikahan.
Dulu, 4 tahun lalu, kami sering menghabiskan waktu di sini. Pedagang belum sebanyak sekarang, dan suasananya belum seramai ini. Tenda-tenda warung makan dan warung kopi hanya ada di sudut utara PKOR Way Halim. Kami dulu biasa menghabiskan waktu berdua di salah satu warung tenda di sana, sekadar minum kopi susu, dan menikmati siomay goreng.
“Yuk, masuk mobil lagi. Dingin.”, dia tiba-tiba bersuara, dan membuatku sedikit terkejut.
“Iya.”, aku mengikutinya berjalan ke arah mobil kami yang diparkir di depan GOR.
Seorang lelaki menghampiri kami, dan berkata, “Kata penjaga gedung, besok pegawai pendaftaran ada di tempat jam 10 pagi. Besok kita ke sini lagi ya. Kata dia sih, kalau pesan tempat untuk pesta pernikahan 4 bulan lagi sepertinya ada.”
Dia memeluk perempuan di sampingku, yang balas memeluknya bahagia.
Aku tersenyum. Bukan senyum tulus, namun setidaknya aku mencoba. Sulit, tapi dalam hati aku turut merestui.
“Amin.”, kataku ke mereka.
Oleh: @dennyed
Diambil dari: https://dennyed.wordpress.com/2015/09/05/a-pkor-way-halim-story/