Romantisme Jiwa Muda Kota Tua

01:00 0 Comments A+ a-

Bicara tentang tempat rekreasi dan hiburan, pikiran langsung tertuju ke objek wisata. Beragam objek wisata ada di Lombok — pantai, air terjun, kuliner, reliji, budaya, dan keluarga. Sama halnya dengan di kota Mataram. Kota yang berpenduduk sekitar 411.745 jiwa ini menawarkan beragam pilihan pusat rekreasi dan hiburan. Sebut saja Islamic Centre, Taman Sangkareang, Makam Loang Baloq, kuliner khas, pasar tradisional, wisata tradisi, dan masih banyak lagi. 

Salah satu pusat rekreasi yang wajib dikunjungi adalah pantai Ampenan. Bukan tanpa alasan pastinya. Di pantai ini masih berdiri sisa kegagahan Mataram sebagai pintu masuk transaksi dan interaksi perdagangan dengan masyarakat luar. Betapa tidak. Kawasan ini dulunya adalah sebuah pelabuhan yang sangat terkenal sebelum akhirnya dipindahkan ke Lembar Lombok Barat. Hal ini didasari oleh kondisi pantai yang mengalami pendangkalan.
Identitas Pantai Ampenan (Dok. Pribadi)

Keberadaan pelabuhan Ampenan yang dibangun Belanda pada tahun 1800-an ini dimaksudkan untuk menyaingi dominasi kerajaan-kerajaan di Bali. Terbukti akhirnya pelabuhan ini berkembang pesat. Berbagai etnis masuk dan membaur dengan suku Sasak di wilayah Ampenan. Sebut saja etnis Bugis, Tionghoa, Melayu, dan Arab. 
Vihara Bodhi Dharma (Dok. Pribadi)

Pembauran ini memiliki bukti-bukti sah dan nyata hingga saat ini. Di wilayah sekitar pantai terdapat wilayah dengan nama etnis. Beberapa di antaranya, yaitu Kampung Bugis, Kampung Melayu, dan Kampung Arab. Pun pembauran etnis Tionghoa yang ditandai dengan kemegahan bangunan Vihara Bodhi Dharma yang berdiri sejak tahun 1804.
Wajah Lama Kota Tua (Dok. Pribadi)

Seiring pindahnya pelabuhan ke Lembar, pantai Ampenan pun perlahan berubah. Namun tidak sampai melenyapkan sisa kejayaan masa silam. Potret nyata tergambar dari kota tua Ampenan. Memasuki perlimaan Ampenan yang menghubungkan jalan Niaga, Pabean, Yos Sudarso, Koperasi, dan Saleh Sungkar ini aroma masa silam masih kuat. Bangunan kuno berupa toko bangunan, roti, dan lainnya masih berdiri kokoh dengan ciri khas masing-masing.

Namun saat ini pemerintah kota Mataram telah melakukan pembenahan. Bangunan tua telah memiliki jiwa muda. Cat tembok warna-warni yang menyebabkannya. Hanya saja ini untuk bangunan di sepanjang jalan Pabean. Bangunan yang berada di bagian dalam, masih dipertahankan seperti aslinya. Bahkan beberapa bangunan yang tampak rusak, tidak juga diperbaiki. Perbedaan corak dan warna inilah yang melahirkan nuansa baru sebuah pemandangan kota. Segar.

Menyusuri kota tua Ampenan paling asyik dilakukan saat sore hingga malam hari. Saat sore hari, hawa hangat menguar dari setiap sudut kota. Pantulan sinar keemasan sang matahari adalah penyebabnya. Pun aktivitas dan arus lalu lintas di sepanjang jalan Pabean yang perlahan mulai sepi. Hal ini akan membuat nyaman penikmat wisata sejarah. Terlebih bagi penikmat fotografi.


Jika beruntung, di ujung kota tua, yaitu pelabuhan Ampenan, akan bisa menemukan sebuah mahakarya dari Sang Pencipta. Apalagi kalau bukan sunset. Bagi sunset hunter, lokasi ini sangat pas. Terbukti hingga saat ini pelabuhan Ampenan menjadi salah satu spot pilihan untuk mengabadikan matahari terbenam melalui bidikan kamera. Dari pantai berpasir hitam ini bisa dengan jelas terlihat siluet gunung Agung di Bali. Indah. Terlebih menikmatinya bersama pasangan atau keluarga tercinta. Romantis.
Sarana dan Prasarana di Pantai Ampenan (Dok. Pribadi)

Ingin menjadi saksi romantisme jiwa muda kota tua?

Ayo ke Mataram!
– mo –

Ditulis Oleh: @momo_DM
Diambil Dari: https://belantararasa.wordpress.com/2015/09/25/30harikotakubercerita-romantisme-jiwa-muda-kota-tua-mataram/

PosCinta. Powered by Blogger.