Putri Junjung Buih

01:06 0 Comments A+ a-

image

Siapa sih yang gak kenal Puteri Junjung Buih? Puteri Junjung Buih itu ibaratnya Ratu Laut Selatan-nya Kalimantan Selatan. Cantik jelita, rambut ikal mayang, wangi semerbak dan mempunyai kekuatan magis. Puteri Junjung Buih identik dengan pakaian serba kuning dan sebuah mahkota diatas kepalanya. Puteri Junjung Buih adalah mitos yang terkenal di kota Banjarmasin. Saking terkenalnya sampai pada perkawinan Adat Banjar-pun dimasukkan. Kisahnya pun selalu diceritakan secara turun temurun. Asal usulnya tidak pernah jelas. Ada 3 versi mengenai asal usulnya. Ada yang berasal dari semedi Lembu Mangkurat (Lambung Mangkurat), ada yang berasal dari temuan Datuk Pujung diatas sungai, ada juga yang mengatakan kalau Puteri Junjung Buih ini merupakan jelmaan dari Galuh Cipta Sari.
Dan versi paling terkenal adalah versi pertama. Versi Lembu Mangkurat. Jadi akan diceritakan mengenai asal usulnya dulu ya. Pada jaman dahulu kala, Lembu Mangkurat ini diutus oleh Empu Jatmika untuk mencari Raja yang sebenarnya dikarena Empu Jatmika bukan turunan seorang raja, melainkan hanya saudagar kaya yang sedang mendirikan kerajaan baru di Pulau Hujung Tanah. Dan masyarakat sekitar Pulau Hujung Tanah percaya apabila pemimpin mereka bukan turunan raja Maka akan terjadi mendatangkan marabahaya. Lembu Mangkurat kemudian melakukan semedi selama 40 hari 40 malam di daerah Ulu Banyu. Dan pada hari terakhir munculah seorang wanita cantik dari dalam buih sungai.
Nah, pada perkawinan Adat Banjar, kekhasan Puteri Junjung Buih ini dipakai yaitu memakai pakaian dan pelaminan serba kuning. Akan tetapi ada ritual yang wajib dilakukan ketika ingin memakai ini. Yaitu menghidangkan bubur merah dan putih dalam satu piring. Selain itu ada doa yang dibaca yaitu doa salamat tulak bala dan minta jangan diganggu oleh datu-datu (para tokoh makhluk gaib) termasuk Puteri Junjung Buih. Kemudian bubur merah dan putih itu diletakkan ke wadah yang berisi daun pisang sekitar delapan buah dilengkapi dengan sebatang rokok pada setiap wadah. Kemudian empat buah wadah diletakkan pada setiap sudut rumah dan empat buah lainnya diletakkan di bawah empat suduht pelaminan. Serta menyiapkan piduduk yaitu beras ketan merah, gula merah, kelapa dan telur ayam sebagai tanda mengadakan pesta perkawinan yang diletakkan dibawah pelaminan.(Humaidy, 2006: 50-52)
Mitosnya apabila ritual ini ditinggalkan tetapi memakai pakaian adat Banjar maka akan terjadi gangguan pada mempelai. Biasanya pengantin perempuannya tiba-tiba pingsan, kemudian ketika siuman kembali akan melakukan hal-hal aneh. Entah itu teriak-teriak tidak jelas, menari ditengah acara, tertawa nyaring, menangis tersedu-sedu atau badannya akan lesu lemah lungai.
Nah sekian mitos dari daerah Banjarmasin, tertarik? Yuk kesini, liat perkawinan Adat Banjar. Ehehe

Ditulis oleh: @RainuniQ
Diambil dari: https://rainuniq.wordpress.com/2015/09/18/putri-junjung-buih/

PosCinta. Powered by Blogger.