Pulau Kemarau
Dikisahkan pada zaman kerajaan Sriwijaya, sang raja punya seorang anak gadis yang cantik parasnya pun mulia tabiatnya.
Adalah Siti Fatimah, gadis yang terlanjur menjatuhkan hatinya pada seorang tampan dan kaya raya berasal dari negeri Cina. Ialah Tan Bun Ann, putra dari kerajaan Cina yang datang ke Palembang untuk berniaga.
Sepanjang waktu yang berjalan, mengikat keduanya dengan rantai bernama cinta. Tan Bun Ann memberanikan diri untuk meminang Siti Fatimah dengan syarat harus memberikan sembilan guci emas.
Kedua orangtua Tan Bun Ann pun mengirimkan emas permintaan dari raja Sriwijaya itu, guci dibalut dengan sayur sawi supaya aman dari incaran bajak laut ketika dibawa berlayar.
Ketika sampai, Tan Bun Ann dan Siti Fatimah terkejut mendapati isi kapal bukanlah guci emas, melainkan sayur sawi. Tan Bun Ann pun terjun ke sungai Musi karena malu. Demi cintanya, Siti Fatimah pun menyusul.
Konon, air sungai pun menjadi kering, maka disebutlah Pulau Kemarau.
Saya juga pernah berkunjung ke sana. Kala itu kuncen tidak memperbolehkan kami berbicara barang satu kata pun ketika berada di ruangan yang di dalamnya ada makam Siti Fatimah dan Tan Bun Ann.
Di sana juga ada pohon cinta, yang katanya kalau menuliskan nama kita dan orang yang kita sayang, maka keduanya akan mengabadi seperti Siti Fatimah dan Tan Bun Ann yang sehidup semati.
Sudah dapat foto Ampera, belanja di pasar 16 Ilir, makan pempek, mampir ke depot pasir. Nah, coba sekalianlah mampir ke Pulau Kemarau 😄
Foto: arsip Ayah.
Diambil dari https://instagram.com/p/7rCBSfzc3g/