Pesan Ikonik dari Cirebon

02:52 0 Comments A+ a-

*kring-kring*

Waktunya bercerita...

 
Selamat datang di Cirebon!

Kotaku yang bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dari Jakarta menggunakan kereta api bahkan bisa lebih cepat dari itu jika melalui jalan tol Cipali yang panjang menggunakan mobil. Sayangnya, moda transportasi udara belum ada di kotaku ini.

Sebagai anak yang dibesarkan di Cirebon, aku melihat banyak perubahan. Terutama pada pembangunan. Bagiku sih, diterima dengan positif aja. Dengan begitu, banyak juga tempat untuk berkumpul atau sekedar bersosialisasi dengan yang lain.

Satu hal kalau ke Cirebon. Kita semua  sudah pasti hafal saat musim mudik tiba, beberapa media menyoroti kota ini. Maklum, musiman terkenalnya. Meskipun orang-orang mengenalnya juga sebagai "kota wali" karena founding father-nya adalah wali bernama Sunan Gunung Djati.

Karena kebudayaannya juga kotaku ini pusat dari penyebaran agama islam di Jawa Barat yang berada di jalur pantai utara pada waktu itu. Uniknya, bahasanya pun berbeda dengan bahasa yang ada di Jawa Barat. Lalu, bahasanya apa? Bahasa Cerbon. 

Iya, karena letak geografisnya yang dekat dengan Jawa Tengah ini membuat kotaku unik. 

Selain itu, karena kebudayaan islam yang sangat kental dan dipadu-padankan dengan budaya lokal serta orang-orang pedagang China, seolah-olah ikon kota kami memiliki banyak ragamnya. Contohnya saja dapat terlihat dari batiknya. 

Pengaruh-pengaruh tersebut yang akhirnya terbentuk di kota ini. Sampai saat ini, pengaruh itupun tetap ada pada kota ini. Iya, pengaruh dari ajaran sang Wali. Saat orang lain mengetahui bahwa Ki Hajar Dewantara memiliki motto:

"Ing ngarsa sing tulodo, Ing madya mangun Karsa, Tut wuri handayani"

Tentunya, sang wali Sunan Gunung Djati pun berpesan pada kita, pesan agar kita menjaganya atau bahkan "dipelihara" , pesannya:

"Ingsun titip tajug lan fakir miskin"
(Artinya: aku titip mushalla dan fakir miskin)
 
Kebanyakan kami masyarakat Cirebon, familiar dengan pesan ini dan seakan-akan kami terbawa dalam alam bawah sadar. 

Anggap saja, aku sebagai masyarakat kota ini menjaga kotanya dengan pesan moral yang bisa dibawa ke manapun tanpa harus dipahat dibatu atau kayu.

Bukan hanya itu, sang Sunan yang menjadi ikon dan founding father kotaku ini ternyata memperistri putri dari negeri Tiongkok. Gak heran jika memang keharmonisasian telah terjadi di kotaku ini. 



Oleh @wsncyd
Diambil dari http://wsncyd.blogspot.co.id/2015/09/pesan-sang-wali.html?m=1

PosCinta. Powered by Blogger.