Ojek Online, Update Sarana
Della berkata-kata dengan semangat. Dagu bulatnya bergerak naik turun, juga ke kanan kiri. Satu tangan mengacung bergantian, dimulai dari jempol saja, jempol bersama telunjuk, bertiga dengan jari tengah, hanya telunjuk semua, atau kelimanya. Telepon genggam ada di tangannya yang lain, yang tak jarang ikut diayun-ayun. Semua gerakan berjalan mengikuti irama bicaranya. Adik bungsuku ini sumringah, suatu terobosan berada dalam genggamannya.
Terobosan itu disebut ojek online. Untuk jadi penumpangnya, kamu perlu mendownload aplikasinya di ponsel. Ikuti saja petunjuk pemesanan, dan ojek akan hadir di hadapan dalam waktu 1 - 10 menit. Fasilitas helm wangi, penutup rambut dan masker hidung, jadi andalan. Yang bikin heboh, tarifnya murah 0 - 25 Km cuma 10 ribu. Meski ini masih promosi, tapi kelebihan ojek online tak bisa dipungkiri menarik hati.
Sehari setelah menyaksikan Della berbicara gembira tentang ojek online, saya masih menggunakan Metromini. Niatnya memang tak mau begitu saja ikut arus massa dan terbujuk masa promosi. Saya juga penasaran, masa sih tak ada perbaikan dengan moda tua itu. Kebetulan juga sudah belasan tahun saya tidak naik Metromini jurusan Blok M – Pondok Labu. Karena perubahan tempat tujuan aktifitas, saya kini jadi pengguna setia Transjakarta. Sayangnya, mereka belum buka trayek yang melintas jalan Fatmawati.
Kenyataan menjawab rasa penasaran. Saya merasa kuno sekali berada di Metromini. Bus berkapasitas duduk 33 orang itu tetap busuk seperti 15 tahun lalu. Bangku plastiknya terkikis-kikis dan tidak menempel kokoh. Langit-langit dan jendela bus makin tambah kehitam-hitaman. Jangan tanya soal kecepatan. Dengan tak lebih dari 5 penumpang sepanjang perjalanan, bus pun jadi semakin lama ngetem. Saya seperti ada di ruang waktu yang berbeda dengan adik saya.
Bagi banyak orang, ojek online adalah jaminan kecepatan menjelajah dengan mudah. Jarak Blok M – Fatmawati yang saya tempuh dengan Metromini selama 45 menit, bisa dipangkas jadi 20 menit. Tarifnya juga tidak seperti kebanyakan ojek (versi orisinal) yang kini mematok minimal 20 ribu sedekat apa pun. Kalau masih butuh rasa aman lebih, sila lihat nomor telepon dan foto supir ojek yang terpampang di aplikasi. Saya tak sedang berpromosi, tapi senang melihat adik berumur 16 tahun menemui moda tranportasi yang lebih baik.
Tak sedikit berita supir ojek online dipukuli saingan dagangnya. Di tingkat DPRD, dinas perhubungan Jakarta dikata tak becus karena tidak bisa mendefinisikan apa itu Go-Jek,Grab Bike, dan lalu Blu-Jek pendatang baru minggu ini. Ojek, angkutan alternatif yang puluhan tahun tak berbadan hukum dan dianggap informal, kini jadi lahan pencaharian perusahaan besar. Pro dan kontra terjadi, supir-supir ojek (yang tak bergabung dengan perusahaan) tak mau sekedar dongkol. Di kawasan seperti SCBD, mereka membentuk kesatuan sendiri, ditandai dengan seragam jaket oranye.
Ada pihak yang menganggap ojek online cuma nge-top sementara, sebentar juga hilang. Boleh saja dibilang begitu, toh saat ini memang masih jadi sesuatu yang baru dan bikin penasaran banyak orang. Yang lalu membuat saya terpukau adalah idenya memecahkan kebekuan buruknya angkutan publik. Mereka mencoba mengelola suatu moda transportasi dengan lebih baik dan profesional. Memang ia tidak memperbaiki kualitas layanan bus seperti Metromini, atau mengurai tingkat kemacetan Jakarta yang tenar sejagad raya, tapi hadirnya memberi inspirasi.
Ditulis oleh: @rikafeb
Diambil dari: http://paketminggu.tumblr.com/post/129498009662/ojek-online-update-sarana
1 comments:
Write commentsHalo semua. Sekedar kasih kabar: paketminggu.tumblr.com berubah menjadi rikafebriyani.tumblr.com. Salam (rikafeb)
Reply