Mencari Ketenangan Di Kineruku

00:30 0 Comments A+ a-

Aku patung, mereka patung

Cangkir teh hangat namun kaku dan dingin

Meja-meja kayu mengkilap

Wajahmu dibasahi air mata yang dilukis


Sebenarnya, saya bukan tipe yang senang jalan-jalan ke tempat wisata. Padahal, Bandung menyediakan banyak tempat rekreasi dan hiburan—mulai dari yang modern seperti Trans Studio Mall hingga kembali ke alam seperti Taman Hutan Raya Juanda. Di akhir pekan, objek-objek wisata seperti itu akan dipadati banyak orang dan itu berarti satu hal: saya akan menghindarinya mati-matian.

Saya punya versi sendiri untuk rekreasi dan hiburan. Karena saya tidak suka tempat ramai, destinasi saya untuk melepas penat harus memiliki syarat ini: lengang. Tapi, bukan berarti saya pergi ke pemakaman. Tempat ini hanya perlu menyediakan ketenangan untuk menyegarkan kembali otak saya sebelum kembali ke kehidupan nyata.

Salah satu destinasi favorit saya adalah Kineruku.

*

sumber: kineruku

Di Bandung, ada beberapa perpustakaan plus kafe yang, tentunya, akan jauh dari kebisingan bagi para pengunjung. Namun, sejauh ini, belum ada yang bisa membuat saya jatuh hati dan betah seperti Kineruku. Perpustakaan ini terletak di Jalan Hegarmanah No. 52. Aksesnya bisa dibilang gampang-gampang susah, sebab Kineruku tidak terletak di tepi jalan besar. Bagi yang punya kendaraan pribadi, cukup belok dari jalan utama (Jalan Setiabudhi) dan angkoters seperti saya harus jalan dulu kurang lebih satu kilometer dari seberang McDonald Setiabudhi.

Tidak seperti rumah-rumah mewah di sekitarnya, Kineruku adalah perpustakaan berkonsep vintage yang bikin saya—dan pengunjung lain—larut dalam nostalgia. Selain buku-buku yang diatur sesuai genre-nya dalam rak kayu dan batu, saya juga menemukan rilisan musik dari piringan hitam, kaset, hingga CD, serta koleksi film di ruangan berbeda.

Desain interiornya juga bikin saya kepincut. Ada botol-botol bekas yang diatur sedemikian rupa di meja, dengan kursi-kursi serta sofa tempo dulu. Di bagian belakang Kineruku, para pengunjung dapat menikmati bacaan mereka sambil makan atau sekadar mengerjakan tugas dengan ditemani alunan musik.



*

Bicara soal makanan, Kineruku juga menyediakan menu santap yang murah dan enak. Favorit saya sampai sekarang adalah omelet dan wedang jahe. WEDANG JAHENYA JUARA. Tapi, harus diminum selagi hangat, karena kalau sudah dingin, rasanya jadi kurang oke. Selain itu, di Kineruku juga sering diadakan pertunjukan musik, diskusi buku, dan nonton film bareng.

Kalau mulai bosan baca atau mengerjakan tugas, kita bisa rehat sebentar dan mengunjungi Garasi Opa di taman belakang Kineruku. Di sana, kita bisa melihat dan membeli barang-barang vintage seperti mesin tik, buku-buku tua, hingga kacamata bergaya retro. Pecinta barang vintage dijamin kalap dan bisa lupa diri jika berkunjung ke Garasi Opa.

Oh ya, di Kineruku ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung. Seperti menaruh tas dan helm pada laci di teras rumah (ada kuncinya dan pastikan jangan hilang). Dilarang mengambil foto dengan kamera profesional, kecuali sudah minta izin untuk keperluan khusus seperti prewed atau acara tertentu (saya sudah pernah ditegur langsung, nih). Kineruku juga tidak menyediakan wi-fi, jadi kalau mau koneksi internet gratis, sila cari tempat lain yaaa.



*

Setelah mengunjungi Kineruku beberapa kali, saya jadi pengin punya perpustakaan dan kafe kecil seperti itu suatu saat nanti. Saya ingin mempunyai tempat yang menawarkan ketenangan dan kenyamanan untuk orang lain. Dan, Kineruku, sekali lagi, menjadi alasan saya untuk jatuh hati pada Kota Bandung.


*

Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia

Tapi kita dalam diorama

Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah

Tapi kita dalam diorama

(Diorama – Tulus)

ditulis oleh 
diambil dari https://erlinnatawiria.wordpress.com/2015/09/26/tentang-bandung-9-mencari-ketenangan-di-kineruku/

PosCinta. Powered by Blogger.