Kamu Tugu Mudaku, Landmark Hidupku

17:47 0 Comments A+ a-

Kepada kamu; yang ingin berkenalan denganku, kotaku.

“Kalau Jakarta punya Monas, kalau Semarang punya Tugu Muda,” ujar Papaku suatu kali.
“Tugu Muda itu Monas, tapi lebih kecil,” Mamaku menambahkan.
Begitu kedua orangtuaku mulai bercerita tentang Semarang, kota kelahiranku yang baru kutinggali saat aku sekolah dasar dan baru benar-benar kukenal saat kembali lagi untuk menetap sejak SMA.
Sekarang giliran aku bercerita untukmu. Tentangku dan tentang kotaku.



“Belum ke Jakarta kalau belum ke Monas!” Begitu kata orang-orang. Kataku, “Belum ke Semarang kalau belum lihat Tugu Muda!”



image

(Sumber: ttps://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/6/6d/Tugu-muda51.jpg/1200px-Tugu-muda51.jpg)


Tugu Muda adalah landmark Kota Semarang. Dalam salah satu materi perencanaan kota yang kuterima di bangku kuliah, landmark (atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Tengaran) menurut Kevin Lynch dalam buku “The Image of The City” adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang mengenali suatu daerah. Bentuknya merupakan simbol yang menarik secara visual dan sifat penempatannya yang menarik perhatian.


Tugu Muda sebagai salah satu landmark terpenting di Kota Semarang memiliki sejarah khusus karena dibangun untuk memperingati tragedi ‘Pertempuran Lima Hari di Semarang’. Mulai dibangun pada 10 November 1951 hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, tepat pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden Ir. Soekarno.

Monumen ini memiliki tinggi 53 meter dengan puncak berbentuk seperti kobaran api. Sisi-sisi penyangganya berhiaskan relief yang memiliki makna berbeda di tiap sisinya. Di sekitar tugu, dibangun taman beserta air mancur. Bundaran Tugu Muda dahulu disebutWilhelminaplein, eyangku dulu menyebutnya begitu. Kawasan Tugu Muda ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai di tamannya—piknik sambil gelar tikar di kelilingi rimbunnya barisan pohon cemara, siapa mau ikut?—atau untuk berolahraga—jogging keliling bundaran Tugu Muda niscaya lebih berfaedah dibanding lari-lari nggak jelas di benak seseorang yang tidak berkenan membalas perasaanmu, bukan?

Di bagian utaranya, berdiri megah bangunan Lawang Sewu. Tahu, kan? Bangunan yang dulu terkenal banyak setannya gara-gara sering dijadikan tempat syuting acara berburu hantu itu. Tinggalkan semua ekspetasi horor itu. Lawang Sewu sama sekali nggak horor. Percayalah. Pemerintah Kota Semarang telah beberapa kali melakukan pembenahan dan renovasi agar Lawang Sewu tidak lagi mempunyai kesan angker. Lawang Sewu itu cantik, indah, bagian dari sejarah yang membanggakan.

Disebut Lawang Sewu karena konon jumlah pintu beserta jendela-jendelanya ada seribu (sewu dalam Bahasa Jawa). Bangunan ini dibangun tahun 1904 dan selesai tahun 1907, dulunya kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatchappij (NIS). Perusahaan kereta api-nya Belanda. Kemudian digunakan untuk kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia atau sekarang disebut PT KAI hingga kini. Makanya, kalau berkunjung ke dalam Lawang Sewu, sempatkan masuk ke dalam salah satu bangunan yang digunakan sebagai museum kereta api. Di dalamnya ditampilkan sejarah perkeretapian Indonesia. Ada juga lokomotif tua yang letaknya tepat di halaman depan Lawang Sewu yang bisa digunakan sebagai tempat berfoto.

Keindahan bangunan Lawang Sewu itu benar-benar photogenic, sangat instragamable. Kapan-kapan kuajak ke sini, lumayan untuk mengupdate feed instagrammu yang melulu isinya foto kekasihmu itu. Kapan-kapan.
Atau begini, jika berkenan, kamu akan kuajak menikmati riuhnya pagi di sekitar Tugu Muda. Mencari celah di antara kepadatan lalu lintas yang membingkai bundaran tamannya. Bercakap di antara bisingnya suara klakson kendaraan dan teriakan kernek angkutan. Lalu kita menyebrang ke Lawang Sewu, menikmati tour sehari bersama tour guide yang kita pilih. Di terik matahari siangnya, derasnya variasi semburan air mancur akan menyegarkan pandangan kita. Sorenya, kita bisa duduk di depan kolam Tugu Muda bersama puluhan orang lainnya, menunggu senja tiba dengan saling bercerita.

Tugu Muda dibangun sebagai simbol semangat perjuangan dan patriotisme pemuda yang gigih, rela berkorban, mempunyai keberanian serta semangat tinggi untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Mempertahankan sesuatu yang sudah susah payah diraih setelah sekian lama. Mempertahankan sesuatu yang berharga.
Itulah mengapa kamu kutempatkan sebagai landmark hidupku. Kamu kuharap bisa menjadi penanda di hidupku, menjadi elemen penting yang menarik semua perhatianku. Kamu, Tugu Mudaku. Simbol semangatku untuk memperjuangkan mimpiku, tujuan hidupku, cita-citaku. Simbol kepercayaanku, keberanianku, mempertahankan kita.
Kita. Sesuatu yang kelak kudefinisikan sebagai aku dan kamu. Bukan lagi kamu dan dia.
Kita. Sesuatu yang kusebut cinta. Kamu adalah cinta, walau kini, kita masih berupa cita-cita.

Mungkin, aku adalah Lawang Sewu untukmu. Hanya bagian sejarah, sebaiknya membanggakan, untuk diingat walau kadang terlupakan.




image



Ditulis oleh  @andhkctra
Diambil dari http://chaznologic.tumblr.com/post/128081308699/kamu-tugu-mudaku-landmark-hidupku

PosCinta. Powered by Blogger.