Bekerja Penuh Cinta di Bandung

15:27 0 Comments A+ a-

UMR (Upah Minimum Regional) di kotamu berapa? Ada kenaikan gak di tahun 2015 ini? Kita bicara angka di Bandung yuk? Mengenai kenaikan UMR ini sepertinya UMR Bandung masih dibawah UMR Purwakarta yang mencapai Rp. 2.600.000. Seperti yang kita ketahui berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep. 1581-Bangsos/2014, Kota Bandung mengalami kenaikan UMR dari Rp. 2.000.000 (tahun 2014), menjadi Rp. 2.310.000 (tahun 2015) atau naik sekitar 15,5 persen. Sedangkan untuk UMR Kabupaten Bandung masih sedikit dibawahnya yaitu Rp. 1.735.000 (tahun 2014) menjadi Rp. 2.001.195 (tahun 2015) atau naik sekitar 15,31 persen. (sumber: umkumr)

Kota Bandung memiliki populasi 2.228.268 jiwa (terdiri dari 1.113.267 jiwa perempuan dan 1.115.001 jiwa laki-laki), dan dengan jumlah pekerja dari sektor usaha formal sebanyak 823.375 jiwa (PemkotBandung, 2011).

Nah, kita bahas bagaimana warga Bandung bekerja sehari-hari yuk? Tahu sendiri kan, kalo orang Bandung dikenal someah? Cari sendiri artinya deh ya? :P Orang Bandung juga senantiasa tersenyum ikhlas dan terkadang mengajak bincang ringan dengan orang lain yang dilihatnya di kendaraan umum. Aku, sering sekali diajak ngobrol oleh mereka di angkot atau bus kota.

sumber foto: kopisusupandan
sumber foto: kopisusupandan
Apapun profesi warga kota Bandung, mereka menjalaninya dengan senyum dan bahkan tawa. Bahkan ketika macet menghadang, mereka bukannya ngomel. Paling banter ya tidur, sibuk dengan gajet, atau ngobrol dengan sesama penumpang. Sampai detik aku menulis postingan ini, sama sekali belum pernah mendengar cacian makian dari supir angkot atau bus. Mereka lebih sering terkekeh dengan tingkah polah anak jalanan yang mengamen ngasal.

Bagaimana dengan para pedagang makanan gerobakan? Aku pun belum pernah mendengar mereka mengeluh dengan lebay. Sepahit-pahitnya ucapan mereka, “Ya, semua harga naik. Pilihan saya cuman naikin harga jual atau kurangin porsi. Tapi pelanggan saya mendingin naikin harga, katanya. Kalau porsi dikurangin, gak kenyang.” Aku ikut tersenyum saat si tukang bubur ayam itu tertawa kecil sambil menaburkan seledri di atas kerupuk.

sumber foto: galamedia
sumber foto: galamedia
Tukang ojek dan tukang becak masih menjadi andalanku untuk menjangkau daerah yang tak dilalui angkot. Jika tukang becak masih dengan sopan meminta dilebihkan ketika nego ongkos, tukang ojek bisa lebih galak. Entah mengapa ya? Kurang paham juga. Beberapa kali, di beberapa daerah, menggunakan ojek benar-benar kulakukan hanya jika terpaksa. Kalau bisa sih, mendingan jalan kaki. Jarak dari Pahlawan ke Citarum dilalui dengan jalan kaki sih cetek. *pijat kaki#

Bagaimana dengan pekerja kantorannya? Moda utama mereka adalah motor pribadi (mostly kreditan, I know as you know it :P ), angkot, atau bus Damri. Terlihat dari selalu penuhnya jalan raya di pagi dan sore hari dengan puluhan hingga ratusan motor di satu lampu merah, bus dengan isi bejubel, dan angkot yang bisa dipaksa 7-5 daripada 6-4. Hihihihi…

Menurut pantauanku yang sotoy dan ngasal, karyawan pemerintahan dan bank adalah dua instansi yang berbaju seragam kompak setiap hari. Ya, itu kan kataku. Selebihnya berpakaian bebas tapi rapi dan sopan.

Oh ya, salah satu program cakepnya Kang Ridwan Kamil selaku walikota adalah Rebo Nyunda. Setiap hari Rabu, selain disarankan berbahasa Sunda untuk percakapan maupun tulisan, juga menggunakan pakaian adat Sunda untuk pria maupun wanitanya di kantor / tempat bekerja. Bahkan di setiap sekolah pun ada seragam khususnya untuk siswa dan siswi.

Kalau kamu iseng (serius juga boleh banget) mencari lowongan pekerjaan di Bandung, cek di beberapa situs penyedia lowongan itu dan kamu akan menemukan beberapa posisi yang sedang tren: admin media sosial (dan yang berkaitan dengan media sosial atau kebutuhan website/situs lainnya), guru sekolah, dan admin/kasir/pramusaji/koki.

Kamu tahu startup? Silakan googling. Nah, di Bandung pun ada komunitasnya. Kamu bisa ikuti Twitter mereka di @StartupBandung yang sudah mengadakan 3x meet up (hingga postingan ini dibuat). Para pekerja seni dan kreatif banyak berasal dari Bandung, lho. Tetapi banyak pula dari mereka yang karyanya lebih dikenal orang luar negeri daripada lokal. Jangan tanya aku kenapa yah! :D

sumber foto: kompas
sumber foto: kompas
Berikutnya, untuk menekan angka pengangguran dan kriminalitas di Bandung serta meningkatkan kebersihan kota, Kang Emil pun memberi prioritas mempekerjakan warganya untuk menjadi tenaga kebersihan. Syarat: memiliki KTP kota.

Ketika kesejahteraan warga begitu diperhatikan oleh sang pemimpin, adakah alasan untuk tetap menggerutu? Ayo bekerja untuk Bandung Juara!♥


oleh @andiana
diambil dari https://romansapena.wordpress.com/2015/09/13/bekerja-penuh-cinta-di-bandung/

PosCinta. Powered by Blogger.