Bekerja Menjadi Sopir di Kota Sejuta Angkot

“Sabar ya, neng. Kalau ada dua penumpang lagi baru kita berangkat,” ujar beliau.
Sebagai orang yang setiap harinya menggunakan jasa transportasi angkutan kota (angkot), saya memang terbiasa mendengar kalimat yang sama dari beberapa bapak supir angkot yang saya tumpangi. Beruntung pada saat itu saya memang menuju perjalanan pulang dari suatu acara dan tidak dalam kondisi terburu-buru untuk cepat sampai di rumah. Sambil memperhatikan jalanan siang hari di Jum’at yang sepi dan berasumsi tidak akan ada penumpang yang datang dalam jangka waktu yang dekat, saya memulai percakapan dengan bapak supir yang terlihat sudah berusia paruh baya ini.
“Pak, kalau sudah selesai narik, mobilnya dibawa pulang atau disimpen dimana, pak?” tanya saya yang memang tidak pernah tahu sistem manajemen angkutan kota selain hanya menaikinya dan turun dengan membayar biaya sesuai tarif. “Ya dibalikin ke rumah Bos lah, neng. Kalau abis narik setorannya cukup ya pulang balikin angkot,” ujar bapak supir bernama Pak Dede yang menjawab pertanyaan dengan aksen sundanya yang sangat kental. Tertarik ketika mendengar beliau berbicara mengenai setoran, saya pun menanyakan berapa biaya yang harus diberikan kepada orang yang ia sebut sebagai Bosnya. “Sehari 170ribu neng, kalau ngalong jadinya 230ribu, tapi beda-beda sih neng tiap Bos.” sambut Pak Dede dengan semangat. “Ada juga yang seharinya 150ribu, ya tapi Bos saya mah 170ribu, itu juga pas balikin mobil bensinnya udah harus full.” Semakin tertarik dengan ceritanya, saya pun menanyakan apa yang beliau maksud dengan “ngalong” . “Ya ngalong tuh ga pulang neng, kalau pulang harian kan paling balikin mobil masuk ke garasi jam 9 malem. Nah, kalau ngalong berarti narik terus seharian sampe subuh, baru deh balikin mobil.” ujarnya terus menjawab tanpa beban.
Percakapan antara saya dan Pak Dede pun terhenti karena ada penumpang yang masuk menduduki bangku depan dan langsung bercerita mengeluhkan mahalnya tarif ojek walaupun rute yang dilalui sangat dekat. Pak Dede pun menanggapinya dengan sopan dan menanggapi keluhan ibu tersebut tanpa memihak angkot maupun ojek. Sambil terdiam dan mencerna ceritanya tadi, saya membayangkan kehidupan yang dijalani setiap bapak supir angkot di kota ini. Bogor, selain memiliki sebutan Kota Hujan, juga memiliki julukan tidak resmi sebagai Kota Sejuta Angkot. Entahlah perlu tertawa atau kesal mendengar julukan tersebut, tetapi memang kenyataannya banyak sekali orang yang memilih profesi sebagai supir angkot di sini. Mendapatkan informasi bahwa jumlah harian yang wajib disetorkan tergolong besar, saya memaklumi mengapa hampir setiap supir angkot senang berdiam lama-lama menunggu sampai jumlah kursinya terisi penuh. Persaingan antar angkot pun cukup ketat jika melihat di setiap beberapa meter jalanan pasti ada angkot yang tersedia. Ya, mari kita doakan saja semoga di hari-hari sepi pengunjung, Pak Dede dapat menyetorkan uang hasil jerih payahnya dan tetap dapat membawakan keuntungan yang cukup untuk keluarganya ya, kawan-kawan ^__^.
Melihat cerita di balik angkutan kota dari sisi yang lain, saya sering memperhatikan desain interior angkot-angkot yang saya tumpangi. Terkadang saya menaiki angkot yang bangkunya sudah rusak dan memiliki atap yang bocor, tetapi tidak jarang saya menaiki angkot dengan bangku yang nyaman ditambah dengan banyaknya boneka lucu yang sengaja ditempelkan di jendela-jendela kaca. Tadinya saya berpikir perbedaan di setiap angkot merupakan tergantung dari hobi bapak supir itu sendiri, tetapi setelah mendengar cerita Pak Dede, saya baru mengetahui bahwa segala urusan desain, kebersihan, dan aturan pemakaian tergantung dari “Para Bos” pemilik angkot-angkot tersebut. Berikut beberapa penampakan angkutan umum yang pernah saya naiki di Kota Bogor :D.
![]() |
angkot dengan dominasi desain interior berwarna kuning dengan tirai ungu bunga-bunga |
![]() |
angkutan yang dipenuhi dengan warna orange dan tirai hello kitty menemani sepanjang perjalanan |
![]() |
bangku busa empuk dengan motif kotak-kotak pink untuk menambah kenyamanan penumpang |
Unik ya ^__^. Saya pun merasa senang jika menaiki angkot yang bersih dengan tampilan yang menarik. Semoga saja bapak-bapak supir yang macho tidak keberatan mengendarai mobil angkot di Bogor yang bernuansa sangat kewanitaan ini xD. Terus semangat narik ya, bapak-bapak! ^__^
oleh @windamaki
diambil dari https://windamaki.wordpress.com/2015/09/13/bekerja-menjadi-supir-di-kota-sejuta-angkot/
3 comments
Write commentsthats right, angkot adalah teman setiaku di kota ujan.. cuaca panas maupun dingin ia selalu meramaikan kotaku.. thank you
Replythats right, angkot adalah teman setiaku di kota ujan.. cuaca panas maupun dingin ia selalu meramaikan kotaku.. thank you
ReplyIya, tapi ngetemnya suka ketengah2 jalan bu.. 😰
Reply