BALAPAN YANG NGGAK BIKIN NGOS-NGOSAN
Selain berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat yang berlabel “wajib kunjung”, rasanya persinggahan kita di sebuah kota belum lengkap jika belum mencicipi kulinernya. Dari situ bisa diketahui, cita rasa seperti apa yang menjadi kegemaran penduduk setempat.
Bahaya nih. Baru mulai cerita kok udah ngiler sendiri liat gambarnya. Kebayang makan lontongnya, mengunyah tahunya, menggigit lentonya, renyah tauge dan sedap kuahnya. Duh! Ya gimana, siang hari begini emang waktu yang pas buat menyantap kelezatan dari kuliner khas Kota Pahlawan ini. Sejarah nama Lontong Balap sendiri diceritakan berasal dari persaingan antar penjual masakan lontong ini. Dulu penjualnya bawa kemaron (wadah besar yang dibuat dari tanah liat) dan segala keperluannya dalam keranjang yang harus dipikul kesana kemari. Dengan berat seperti itu mereka seringkali harus jalan cepat & dulu-duluan, “balapan cari pelanggan”. Dari situ akhirnya disebut Lontong Balap.
Komposisi dari makanan ini terdiri dari lontong, tahu goreng, lentho dan tauge. Semuanya diiris-iris lalu diletakkan berurutan dalam piring, kemudian disiram dengan kuah (dibuat dari rebusan daging, bawang & bumbu-bumbu lain). Ditaburi bawang goreng & ditambahkan kecap serta sambal sesuai selera pembeli. Makin pas jika ditemani sate kerang & es degan (kelapa muda). Kebayang enaknya? :D
Saat ini penjual Lontong Balap sudah sedikit modern, jarang yang masih menggunakan kemaron. Selain berat, mungkin juga kurang praktis. Penjualnya pun tak lagi harus memikul dagangannya. Bisa bawa gerobak, naik sepeda atau bahkan mendirikan kios. Dijajakannya dimana-mana, di seluruh penjuru Surabaya. Hanya saja yang paling tekenal dan disinyalir paling enak adalah Lontong Balap Pak Gendut yang berlokasi di Jl. Dr. Moestopo No. 11 (seberang kantor PDAM Surabaya).
Nb: foto-foto diambil dari blog.traveloka.com | mainmakan.com | goodnewsfromindonesia.org
Ditulis Oleh: @Jiwanegara
Diambil Dari: https://ajengarya.wordpress.com/2015/09/10/balapan-yang-nggak-bikin-ngos-ngosan/