The Legendary Bakso Sony
Aku segera menaruh ponselku di meja ketika kudengar dia tertawa kecil.
“Kenapa?”, tanyaku.
“Hehehe… Sudah di-upload? Makan dulu, gih.”, jawabnya sambil tersenyum lebar memandangku.
Aku balas tersenyum.
“Sudah kok. Mari makan, wangi banget nih aromanya.”
Kupandangi semangkuk bakso di depanku. Secara visual, tampak biasa aja. Sama sekali jauh dibandingkan hidangan yang biasa ditemui di hotel atau restoran mewah. Untuk dijadikan materi foto di instagram pun agak sulit, karena tampilan hidangan ini tidak cantik. Namun, aroma semangkuk bakso ini sungguh membangkitkan selera makanku. Tidak sabar untuk segera mencicipinya.
“Jadi, ini bakso Sony yang legendaris itu?”, tanyaku.
“Hahaha… legendaris kedengarannya berlebihan. Tapi iya sih, ini kuliner yang hanya bisa kamu temui di Bandar Lampung.”
“Iya, aku tahu kok. Sudah dengar dari teman-teman yang pernah berkunjung ke Lampung. Kata mereka, kalau ke Lampung harus menyempatkan diri makan di Bakso Sony.”
“Bakso Sonhaji Sony, lengkapnya. Bukan Lampung sih, tapi lebih tepatnya Bandar Lampung. Warung bakso resminya cuma ada di sini, di kota-kota lain di Lampung tidak ada. Warung bakso tempat kita sekarang ini Sonhaji Sony 1, adalah cabang yang paling ramai karena terletak di pusat kota, di Jl. Wolter Monginsidi tepatnya, dan ini warung bakso pertama sejak bakso Sonhaji Sony buka.”
Aku menghirup kuah bakso yang panas, dan segera merasakan sensasi entah apa, pokoknya enak. Aku tidak begitu paham tentang bumbu dapur, tapi aku bisa merasakan kuatnya unsur bawang putih menyentuh indera perasaku.
“Kuahnya enak sekali. Padahal tidak kutambahkan apa-apa.”, kataku sambil menjilat bibir.
“Nah, itu salah satu keistimewaannya. Coba rasakan kuah bakso Sony tanpa kecap, saus, atau sambal. Malah lebih enak. Aku pun biasanya hanya menambahkan sambal setiap aku makan hidangan ini.”
Tidak begitu kudengarkan ocehannya karena aku sibuk menikmati bakso yang sangat terasa daging sapinya. Bakso yang kenyalnya pas, tidak terlalu liat, dan juga tidak lembek. Masih terasa urat-urat daging sapi di setiap baksonya.
“Baksonya enak! Aku baru pertama kali ini merasakan nikmatnya bakso seperti ini.”, kataku dengan serius.
“Iya kan? Kabarnya sih pemilik bakso Sony ini menghabiskan seekor sapi utuh setiap hari untuk produksi baksonya di 12 warung bakso Sonhaji Sony yang tersebar di berbagai penjuru Bandar Lampung.”
“Satu ekor sapi?”, tanyaku sedikit takjub.
“Iya, kabarnya sih. Aku juga tidak begitu tahu dengan pasti. Aku tidak mengenal pemilik bakso Sony ini dengan dekat, sih.”, candanya.
“Kalau kamu bersaudara dengannya, atau malah anak pemilik bakso Sonhaji Sony ini, akan aku pacari kamu.”, godaku.
“Oh gitu? Jadi kamu mau denganku hanya kalau aku bisa kasih kamu bakso Sony setiap hari? Oke, cukup tau saja.”, jawabnya pura-pura marah padaku.
Aku pura-pura tidak menanggapinya, dan terus menghabiskan semangkuk bakso itu hingga hanya tersisa sedikit kuah bakso di dalam mangkuk. Semangkuk bakso sederhana, tapi rasanya sungguh membuat aku kagum. Bakso yang merupakan hidangan populer se-nusantara dan bisa ditemui di seluruh Indonesia memang bukan hidangan khas suatu daerah tertentu, tapi bakso Sonhaji Sony ini bolehlah dikategorikan sebagai kuliner khas Bandar Lampung. Wajar kalau banyak orang mempromosikan hidangan yang hanya bisa didapatkan di kota ini. Menikmati semangkuk bakso Sony, sepertinya tidak cukup memuaskan. Seporsi bakso Sony seharga Rp. 15.000,- hanya berisi 5 buah bakso dan sedikit mie kuning dicampur bihun. Ingin menambah seporsi lagi, tapi aku malu.
“Wah, kering. Enak kan? Kalau kurang, boleh nambah kok. Aku yang traktir.”, katanya sambil melirik mangkuk baksoku yang ludes isinya.
“Hmmm… cukup deh. Nanti malam kan masih mau keliling Bandar Lampung lagi.”, jawabku malu-malu. Padahal aku masih mau.
“Bakso Sonhaji Sony ini menjual menu mie ayam bakso juga, lho. Atau kalau kamu mau, mereka juga menyediakan bakso beku kemasan isi 50 dan 100 butir. Kamu bisa beli buat oleh-oleh, terus kamu dapat bumbu kering untuk kuahnya juga.”
“Oh ya? Wah, aku harus beli.”, kataku penuh semangat.
“Hahaha…kamu semangat banget. Senang deh, melihat reaksi kamu begini. Memang sudah aku rencanakan mengajakmu ke sini, saat kamu bilang akan ke Lampung untuk menemuiku.”
Aku tersenyum. Iya, aku senang sekali akhirnya bisa bertemu dengannya untuk pertama kali. Selama ini kami hanya berhubungan lewat telepon dan pesan singkat sejak perkenalan kami di media sosial.
“Tidak menyesal bertemu aku, kan?”, dia bertanya tiba-tiba.
“Eh? Tidak kok. Kenapa menyesal? Aku senang sekarang jadi punya alasan untuk sering datang ke Bandar Lampung.”, jawabku.
“Bakso Sony?”
“Iya. Hahaha…”
Kami berdua tertawa. Lalu terdiam dan tersenyum kecil. Mungkin teringat pasangan masing-masing yang menunggu dengan setia di rumah.
Ditulis oleh: @dennyed
Diambil dari: https://dennyed.wordpress.com/2015/09/11/the-legendary-bakso-sony/
1 comments:
Write commentsBakso Legendaris di Lampung, Rasanya sudah teruji dan terbukti... Sekedar Informasi, Pemesanan Bakso Sony Beku bagi yang Diluar Daerah saat ini sudah bisa Via JNE Yes. Cek aja: http://goo.gl/89wBCr
Reply