Pria – pria bercelana gemas di Rugby Stadium dan Elland Road
Hai, kisah kedua di 30 Hari Kotaku Bercerita.
Kali ini pak Bosse meminta cerita tentang ruang publik tempat warga kota berkumpul. Saya jadi bingung mau bercerita tentang apa, karena terus terang pemerintah kota Leeds (dan mungkin UK pada umumnya) sangat peduli tentang ruang publik. Banyak sekali bagian kota yang dijadikan tempat berkumpul warganya dengan murah (Bahkan gratis) dan nyaman. Yang paling mudah tentu saya akan bercerita tentang taman. Ada banyak sekali taman di Leeds, tempat sekedar warganya kumpul – kumpul piknik atau berolahraga. Namun pada kesempatan kali ini saya tidak ingin bercerita tentang taman di Leeds. Gapapa yaaa :’)
Kali ini saya tergoda untuk bercerita tentang stadion rugby dan sepakbola di Leeds, tempat dimana warga Leeds berkumpul membela tim kebanggaannya. Dan yang lebih menggiurkan lagi, menonton pertandingan sepakbola dan rugby memberi saya kesempatan untuk melihat pria – pria bercelana gemas lari kesana kemari rebutan bola, hahaha.
Sepak bola dan Rugby adalah dua pertandingan kesayangan orang Inggris, termasuk di kota Leeds. Setiap kali ada pertandingan, bisa dipastikan jalan – jalan menuju stadion akan macet total, dan kafe – kafe akan dipenuhi orang yang Nobar. Berdasarkan fakta tersebut, maka saya berani menyebut stadion bola dan stadion rubgy sebagai tempat publik kesayangan warga Leeds.
Leeds memiliki grup sepakbola yang dulu pernah sangat terkenal ketika Eric Cantona menjadi pemain di sana. Yap Leeds United Footbal Club (LUFC). LUFC pernah nyaris jadi juara FA Cup (kalo ga salah) ketika di final tanding melawan Arsenal. Namun sayangnya klub ini akhirnya didera hutang dan mismanagement hingga prestasinya terus menurun, terdegradasi dan terlempar dari liga premier. Namun demikian, kecintaan warga Leeds terhadap klubnya tidak luntur. Mereka masih terus mendukung klubnya tiap ada pertandingan atau sekedar jumpa fans. Saya salut melihatnya, membuat saya teringat terhadap kecintaan teman – teman di Indonesia terhadap klub bola lokalnya misalnya Persib, Persija, PSM, dll (cuma itu yang saya tahu hehehe, maafkan). LUFC memiliki stadion bernama Elland Road. Di sisi stadion, sebagaimana stadion bola lain di Inggris, juga ada toko merchandise. Beberapa kali saya ke Elland Road, dan toko merchandise selalu ramai dikunjungi pembeli. Kalau di foto ini terlihat sepi, mohon dimaklumi karena Inggris sangat menjunjung tinggi privacy, di setiap event atau tempat wisata biasanya ada notifikasi mengenai photograph policy salah satunya misalkan boleh merekam atau mengambil gambar asalkan pengunjung lain tidak menjadi fokus utama dari gambar tersebut. Jadi kalau saya ambil foto, saya harus pastikan tidak mengcapture wajah orang lain secara jelas. Agak ribet ya hehe.
Tempat berkumpul warga Leeds yang lain adalah Headingley Rugby Stadium. Tim rugby kebanggaan Leeds bernama Leeds Rhinos. Tim ini sedang berjaya. Kalau tidak salah tahun lalu mereka menang kejuaraan nasional di stadion Wembley. Setelah berada di Leeds, saya baru sadar ternyata rugby dan american footbal itu berbeda. Bisa lihat perbedaannya di sini . Rugby ala Inggris tidak pakai pakaian pelindung seperti rugby yang saya ketahui dari film – film amerika. Rugby ala inggris murni tubruk-tubrukan body. Perkasa deh. Kebayang yah betapa segernya nonton rugby, melihat para lelaki tampan pakai celana pendek banget tomprok-tomprokan rebutan bola. Gemashz hahaha.
Oiya penonton rugby ini tidak hanya kaum muda. Pada pertandingan rugby yang baru saja saya tonton, saya menanti bis di halte bersama seorang nenek sekitar usia 70 tahun (FYI, manula disini sangat mandiri dan sangat sehat – sehat. Hingga usia 80 tahun mereka masih wira – wiri naik kendaraan umum dan sehat. Keren). Seperti biasa jika ada match maka bisa dipastikan jadwal bis jadi kacau karena macet, menjadikan bis saya diperkirakan terlambat 30 menit. Kesel ya (untungnya di tiap halte ada display yang menunjukkan berapa menit lagi bis kita tiba, jadi ekspektasi atas kedatangan bis bisa di manage dan ga terlalu kesel karena berasa di PHPin). Untuk membunuh waktu menunggu bis, saya bercakap – cakap dengan nenek tersebut (British people do love small talk, especially the elder. They will greet you and ask you about small things like weather and delay bus, kalo di bahasa kita namanya basa – basi. Mereka sangat ramah hehehe). Dan akhirnya saya tahu kalau nenek tersebut ga pernah absen nonton pertandingan Leeds Rhinos (Klub rugby Leeds). Dia punya tiket seasonal (tiket terusan untuk satu musim pertandingan) dan masih semangat pakai kostum Leeds Rhinos. Biasanya nenek tersebut diantar oleh anaknya, namun pada hari dia bertemu saya, dia terpaksa berangkat sendiri karena anaknya sedang dinas ke Amerika.
Aku masih susah bayangin nenek atau kakekku, atau ga usah jauh – jauh deh ayah atau emakku yang umurnya di atas 50 tahun mau meribetkan dirinya nonton bola di gelora bung karno, apalagi naik bis sendiri seperti nenek tersebut, kayanya ga akan terjadi :’) – Thus we need to think about how to manage a city that able to facilitate the elder and disable person to do their daily activities normally and independently. In this matter, Leeds (and most of city in the UK) do very well.
Oh iya, ledek2an antar suporter juga terjadi di sini. Ketika saya menanti bis, sebelum maupun sesudah pertandingan, kendaraan yang mengangkut suporter lawan biasanya akan diledek-ledek. Untungnya saya belum pernah ketemu yang sampai tawuran.
Demikian segelintir kisah mengenai ruang publik di Leeds. Sampai bertemu di kisah Leeds yang lain.
Cheers,
Dian
oleh @batmanblossom
diambil dari https://blossomandbatman.wordpress.com/2015/09/03/pria-pria-bercelana-gemas-di-rugby-stadium-dan-elland-road/