Pasar Ciputat
“Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual/beli” Itulah yang paling kuingat mengenai pengertian pasar yang dulu diajarkan di sekolah dalam pelajaran ekonomi. Bicara tentang kota, desa atau suatu wilayah manapun tentu tidak lepas dari pembahasan mengenai pasarnya. Di kota Tangsel sendiri terdapat beberapa pasar, tetapi yang paling kukenal adalah pasar Ciputat.
Masih ada dalam ingatanku meski samar, Pasar Ciputat dahulu ketika aku masih anak-anak. Keadaan yang tidak jauh berbeda dengan yang saat ini terlihat. Sampah yang menggunung dan berserakan di setiap sudutnya, genangan air selokan yang menghitam, dan bau yang begitu menusuk indera penciuman ditambah lagi dengan macet yang begitu parah disebabkan pedagang, pembeli, angkot yang ngetem dan pengendara yang berebut jalan yang lebarnya hanya cukup untuk dua buah mobil berlawanan arah. Kacau, sepertinya kata itu tepat untuk menggambarkan pasar di kota kecil kami. Jika kau tidak percaya, cobalah datang sekitar pukul 7 sampai 9 pagi. Di sanalah tempat yang paling aku hindari bahkan hanya untuk melintasi sebentar saja. Bukan, bukan karena aku benci pada sumber perekonomian dan mata pencaharian kami. Bukan pula ingin menjelek-jelekkan tempat ini. Hanya saja.. ah kau harus merasakan sendiri bertahan pada keadaan ini.
Aku tahu keluargaku dan ribuan warga di sini amat sangat bergantung pada keberadaan pasar ini. Inilah sumber penghidupan kami. Aku ingat, dahulu sewaktu kakek masih sehat beliau selalu bersemangat berangkat ke pasar dari jam 12 malam hingga subuh untuk menjajakan hasil taninya. Dengan hasil yang tak seberapa itu, beliau jalan kaki belasan kilometer sambil memikul sayuran hasil kebun yang juga dipanennya sendirian. Rasa haru begitu menyelimutiku bahkan ketika mengingat kemudian menuliskannya hari ini. Mungkin kau anggap aku berlebihan, tetapi jika kau berkenan untuk merasakan sedikit saja perasaan haru itu, datanglah dini hari hingga subuh. Di sana masih ada keramahan, rasa penuh syukur, dan pengharapan yang memancar dari mata mereka sang tulang punggung keluarga. Andai tempat ini dapat berbicara, ia pasti sudah menjadi saksi kunci tragedi tahun 98 silam, kerusuhan yang juga menimpa di desa kami, pusat perbelanjaan yang dibakar habis-habisan dan kejadian memilukan lainnya. Ah sudahlah, terlalu banyak kenangan yang tersimpan di pasar tradisional ini. Pasar yang kumuh dengan harapan yang bergemuruh.
Oleh Febby Dwi Lestari (@febbydl)
Diambil dari http://fdwiles.tumblr.com/post/128677290126/pasar-ciputat-pasar-merupakan-tempat-bertemunya