Menyusuri Jalanan Kota

01:10 1 Comments A+ a-

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Siapa yang akrab dengan lagu ini, berarti masa kecilnya bahagia. Aku termasuk salah satunya. Kalian juga, kan?

Berbicara tentang delman, Lombok juga memiliki kendaraan tradisional ini yang biasa disebut dengan cidomo. Alat transportasi beroda dua khas Lombok ini juga ditarik seekor kuda dan dikendalikan oleh kusir. Secara umum pun sama dengan dokar yang ada di Solo atau delman di tempat lain. Perbedaan yang mencolok terletak pada roda yang dipakai.

Roda cidomo tidak seperti roda dokar/delman kebanyakan. Roda cidomo menggunakan roda mobil dengan ukuran besar seperti pada gerobak. Perbedaan lainnya terletak pada susunan tempat duduk penumpang. Kalau dokar/delman posisi lurus ke depan, sedangkan cidomo menghadap ke samping saling berhadapan.

Mengingat cidomo bisa menjangkau seluruh tempat di kota Mataram, bahkan yang paling kampung sekalipun, menjadikan populasi cidomo begitu banyak. Dan, ini terkadang menjadi masalah utama lalu lintas di kota Mataram. Hampir setiap kemacetan yang terjadi selalu identik dengan cidomo.

Kenapa?

Hal ini karena tingginya kecenderungan kusir cidomo untuk parkir sembarangan di bahu-bahu jalan. Masih rendahnya kesadaran kusir cidomo tentang keamanan dan kenyamanan berlalu lintas adalah faktor pencetus utama. Sebenarnya pemerintah kota Mataram telah menerbitkan peraturan tentang jalur terlarang bagi cidomo.


Beberapa ruas jalan, khususnya di dekat pasar populasi cidomo sangat tinggi. Di satu sisi sangat positif karena memudahkan masyarakat menggunakan transportasi. Namun di sisi lain, tak dipungkiri keberadaan cidomo yang parkir sembarangan menjadi penyebab semrawutnya lalu lintas. Belum adanya petugas khusus yang menertibkan dan ditambah rendahnya kesadaran kusir menjadi paket lengkap.

Beginilah potret asli wajah lalu lintas kota Mataram. Diakui atau tidak, dibutuhkan perhatian dari semua pihak untuk mengatasinya. Bukan dengan cara ‘memusnahkan’ kendaraan tradisional Lombok ini pastinya. Namun bisa dicari solusinya bersama-sama. Mulai dari sosialisasi, promosi, hingga advokasi terkait penertiban cidomo. Tujuannya agar kusir tetap bisa menyusuri jalanan demi masa depan tanpa menjadi beban bagi pengguna jalan.


Namun sumber kemacetan bukanlah kesalahan cidomo seutuhnya. Umumnya cidomo menyebabkan kemacetan di sekitar pasar. Bukan saja sekitar pasar Kebon Roek, tetapi juga pasar-pasar tradisional lainnya di Mataram. Kalau dulu, angkutan kota, biasa disebut bemo, juga turut andil menyebabkan kemacetan. Hanya saja tidak lagi untuk saat ini. Hal ini disebabkan karena jumlah bemo di kota Mataram menurun drastis. Hanya ada beberapa saja yang terlihat masih eksis. Penumpang bemo saat ini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil.



Masih banyak faktor lain yang menyebabkannya. Di beberapa titik lalu lintas kota Mataram, kemacetan sudah sangat akrab. Sebut saja perempatan Rembiga. Perempatan ini adalah salah satu titik yang paling sering terjadi kemacetan. Volume kendaraan yang melewati jalur inilah penyebabnya. Meskipun telah dibuatkan jalur baru di sebelah selatan, tetapi belum cukup mampu mengatasinya.

Titik kemacetan berikutnya adalah sepanjang jalan Pejanggik, tepatnya di depan Bank Indonesia. Hal ini disebabkan karena kendaraan antar-jemput anak sekolah yang parkir. Sampai saat ini, pemerintah kota Mataram belum menemukan solusi mengatasinya. Pun sepanjang jalan Panca Usaha dan Catur Warga yang sedang dalam perbaikan. Ruas jalan ini menjadi penyumbang kemacetan.

Selain tentang kemacetan, lalu lintas Mataram juga menyajikan hal berbeda. Rendahnya kesadaran pemakai kendaraan menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas. Betapa tidak. Banyak oknum pengendara yang melanggar lampu merah. Di Mataram hal ini sudah sangat biasa. Bahkan hal ini sudah melahirkan sebuah lelucon.

Hanya di Lombok, lampu menyala merah itu berarti hijau.
Dan, ini terjadi bukan hanya di satu lampu merah, tetapi di banyak lampu merah. Miris, bukan? Tapi mau bagaimana lagi. Begitulah kenyataannya. Hal itu sepertinya sudah menjadi tradisi bagi oknum yang tidak (mau) paham aturan berlalu lintas yang aman dan nyaman. Namun tidak usah khawatir. Kunci menjelajah jalanan Mataram adalah berhati-hati dalam berkendara dan mematuhi aturan lalu lintas. Insya Allah perjalanan selama di Mataram akan aman dan nyaman.

Namun… Tenang saja!

Wajah lalu lintas kota Mataram bukan seperti itu saja. Tidak melulu tentang ruwet dan semrawut. Terbukti masih banyak ruas-ruas jalan lain di kota Mataram yang lalu lintasnya lancar, meskipun kendaraan banyak berlalu-lalang. Beberapa ruas jalan ini terutama di pinggir kota. Dan, tentunya akan sangat menyenangkan menghabiskan waktu sepanjang pinggir kota dengan naik sepeda motor atau  cidomo. Pasti banyak cerita seru. Tentu melimpah kisah baru.

Ingin membuktikannya?

Ayo ke Mataram sekarang juga!

– mo –

Ditulis Oleh: @momo_DM
Diambil Dari: https://belantararasa.wordpress.com/2015/09/19/30harikotakubercerita-menyusuri-jalanan-kota-mataram/

1 comments:

Write comments
Unknown
AUTHOR
November 14, 2015 at 1:46 PM delete

Tambahan 1 lagi, kotoran kuda dari cidomo berserakan dimana2.

Reply
avatar

PosCinta. Powered by Blogger.