Jogja: Never Ending Asia

02:30 0 Comments A+ a-


Tugu Jogja: Doc Pribadi

Yogyakarta adalah salah satu daerah Istimewa yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono. Berbicara soal landmark, tentu sudah sangat akrab bagi pembaca dengan sebutan Tugu Jogja. Ya, benar sekali tugu Jogja merupakan salah satu ikon terpenting yang konon tugu tersebut menjadi patokan Sri Sultan Hamengkubuwono I ke arah gunung merapi, dalam beberapa sumber disebutkan bahwa tugu Jogja tepat satu garis lurus ke arah utara adalah gunung merapi dan ke arah selatan adalah pantai Parangtritis.




Selamat pagi, September.

Pada kesempatan ini, saya akan bercerita salah tentang salah satu daerah yang istimewa di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada awalnya, bangunan ini didirikan Tugu Jogja menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti dan persatuan rakyat untuk melawan penjajah. tugu jogja dahulu disebut sebagai tugu golong gilig (golong: bulat, gilig: silinder). Sebelum tugu ini runtuh pada tahun 1867 karena gempa bumi, tugu jogja memiliki tiang silinder dan puncaknya berbentuk bulat. Pada tahun 1889 pemerinitah belanda membangun kembali tugu Jogja dengan bentuk yang tidak sama sekali dengan sebelumnya, seperti yang saat ini kita lihat. ketinggian tugu Jogjapun lebih rendah dari sebelumya dari 25 meter menjadi 15 meter. Untuk tujuan wisata, Tugu Jogja lebih indah jika dilihat pada malam hari, Dengan tiang putih dan dihiasi cat warna emas yang berkilau memantulkan cahaya lampu jalan dan kendaraan yang melintas di sekelilingnya. Wisatawan bisa menikmati kopi jos yang terdapat di sekitar tugu Jogja.


Selain tugu jogja, terdapat monumen Jogja kembali (Monjali) yang pada siang hari wisatawan bisa masuk ke dalam museum dan mengenal sejarah berdirinya monumen ini, dan pada malam hari wisatawan akan dimanjakan dengan taman lampion yang indah. sungguh, Jogja: Never Ending Asia. Beberapa tahun terakhir, budaya asli Jogja mulai terpinggirkan, kota yang dulunya adem ayem, menjunjung tinggi budaya dan tradisi kini perlahan menjadi kota dengan bangunan hotel yang menjamur, penduduk asli mulai asing dikotanya sendiri, para investor berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi, keramahtamahan mulai tersingkir. (jog)Jakarta mulai kehilangan ke-Yogyaannya.Namun sebagai generasi penerus, sudah menjadi kewajiban kita semua menjaga budaya leluhur agar tak usang oleh waktu, agar keistimewaannya tetap terjaga, Dan di manapun kaki kita berpijak, kita berperan menjaga atau malah perlahan memusnahkan budaya yang ada ditempat tersebut.

Satu hal yang membuat saya bangga dengan kota ini, hampir semua orang yang datang ke kota ini baik dengan tujuan wisata ataupun untuk belajar, tidak ingin meninggalkan kota ini. Jogja, Kota budaya dengan segala daya tariknya, kota yang ngangeni, kota yang menuliskan sejarah hidup saya beberapa tahun ini.


oleh @Dhiniphilo

diambil dari http://nurviyanti.tumblr.com/post/128117011787/jogjaneverendingasia

PosCinta. Powered by Blogger.