Belepotan di Pasar Tambora

01:00 1 Comments A+ a-

image

Konon datang sebuah kapal dari Pulau Sumbawa. Kapal itu membawa penduduk dari Gunung Tambora yang dijadikan budak oleh Belanda. Mereka lalu tinggal menjorok di belakang kawasan Pecinan dan Pekojan, yang kini dinamakan Tambora. Di abad 18, menurut Alwi Shihab, tiba pasukan dari Kerajaan Mataram. Abdul Mihad, salah satu pembesar kerajaan itu, membangun masjid Al Mansyur. Orang Banten dan Sumatera pun berdatangan untuk belajar Islam. Kedatangan mereka membuat Tambora ramai dan menjadi pasar hingga sekarang.
Di Jakarta, belum pernah kudengar Pasar Tambora jadi tujuan wisata. Ia bukan Pasar Baru yang didaulat sebagai pasar tertua, bukan pasar di jalan Surabaya tempat berburu barang antik, bukan pasar Jatinegara dan pasar Minggu yang sering berdendang di tembang kenangan. Tapi di sini, sayuran segar dari Bogor, Puncak, hingga Tegal didatangkan. Meski tak sebesar Pasar Induk Kramat Jati, banyak pembeli mereka adalah restoran besar, antaranya Bakmi Gang Kelinci, Kwan Tung, Seafood Marina, dan Bandar Djakarta. Pemilik warung makan, juga pedagang gerobak seperti mie pangsit, ikut antri belanja di sini. Tak sedikit aktivitas niaga bergantung pada pasar di barat ibukota ini.
Hal yang paling menakjubkanku di sini adalah pengorganisasian. Sayuran bukan satu-satunya komoditas tenar di sini. Ada deretan toko-toko perkakas rumah tangga. Daya pasoknya luar biasa, mengirim barang bertruk-truk sampai ke Kalimantan. Toko-toko perkakas ini buka dari jam 10 hingga jam 5 sore. Saat toko-toko perkakas tutup, pedagang menggunakan terasnya untuk berjualan sayur, sebagian lain untuk berjualan pakaian dan aksesoris. Di pasar sepanjang 1 KM ini, terdapat gedung pasar milik pemerintah. Lapangan parkirnya juga disewa untuk berjualan sayur. Waktu dagang mereka adalah 14.00 – 02.00. Jika kamu datang pukul 14.00, akan terdengar pluit dibunyikan petugas, lalu pedagang berbondong -bondong menggelar lapak untuk berjualan.


image

Pengorganisasian ini berlangsung 24 jam. Saat pedagang pakaian serta aksesoris tutup pukul 00.00 dan pedagang sayur di pukul 02.00, pasar tidak lalu selesai. Pukul 02.00 – 05.00 petugas kebersihan membersihkan pasar, sedangkan para pedagang lingkungan berdatangan membeli sisa-sisa sayuran. Jatah waktu mereka tiba di pukul 05.00 – 09.00. Mereka berdagang di teras toko perkakas, sementara lapangan gedung pasar kembali menjadi tempat parkir. Pedagang lingkungan ini menjual sayur, tahu, tempe, ayam, ikan, dan segala kebutuhan dapur penduduk sekitar Pasar Tambora. Pembelinya bukan pengusaha restoran, melainkan ibu dan bapak rumah tangga. Selesai waktu pedagang lingkungan di pukul 09.00, petugas kebersihan segera menyapu dan mengangkut sampah. Pukul 10.00, toko perkakas mau beroperasi dan aturan waktu pasar berulang kembali.
Salah satu saksi pasar ini adalah rumah makan Sederhana Minang. Seiring ritme pasar, dia pun buka 24 jam. Tapi, ini bukan rumah makan Sederhana yang tenar dan punya cabang dimana-mana. Hanya nama saja yang sedikit menyerupai. Di sini, aku pernah berbincang dengan salah satu pedagang sayuran. Waktu itu sedang musim hujan, got yang mampet bikin jalan tergenang, ceceran sayuran menyebarkan bau, dan cipratan air menjejak di sana-sini. Dia bilang, inilah pasar, belepotan. Pasar yang bagus, harga sewa lapaknya mahal, susah dapat pembeli setia. Pasar yang becek, sedia barang lebih murah, karena pedagang tak terbebani harga sewa lapak yang tinggi. Di pasar Tambora, harga murah; barang berkualitas, pedagang dan pembeli sama-sama untung.

Ditulis oleh: Rika Feb (@rikafeb)
Diambil dari: http://paketminggu.tumblr.com/post/128627802447/belepotan-di-pasar-tambora

1 comments:

Write comments
memo
AUTHOR
December 29, 2015 at 6:45 PM delete

Halo semua. Sekedar kasih kabar: paketminggu.tumblr.com berubah menjadi rikafebriyani.tumblr.com. Salam (rikafeb)

Reply
avatar

PosCinta. Powered by Blogger.